Saturday, November 15, 2008

Gladak Langen Bogan Solo

Gladak Langen Bogan (Galabo) Solo buka mulai sore sampai larut malam. Jalan di depan PGS (Pusat Grosir Solo) dan BTC (Beteng Trade Center) ditutup untuk kendaraan pada waktu malam. Di tengah jalan disiapkan untuk para penikmat kuliner duduk di kursi-kursi besi stainless di bawah payung-payung lipat besar. Saya mengambil foto ini tengah malam saat pengunjung sudah mulai sepi. Memang sangat nyaman suasananya.

Rombong-rombong penjual makanan dengan bentuk seragam dan beroda yang mudah dipindahkan sebelum fajar jika diperlukan sehingga jalan bisa bersih kembali di pagi hari. Muda-mudi, tua-muda, anak dan keluarga ramai mendatangi Gladak Langen Bogan Solo untuk menikmati berbagai jenis makanan yang disukai. Para pedagang kuliner ini ada dengan binaan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri RI.

Inilah yang menarik saya, pemerintah daerah kota Solo ternyata memiliki jurus yang tepat dalam menangani para penjual makanan di Solo. Jurus ini memberikan pengaruh berganda (multiplier effects) dari sisi pemerintah kota maupun dari sisi pedagang makanan. Pemerintah kota akan mendapatkan dukungan dari para pedagang makanan, meningkatkan sektor pariwisata kota, memperoleh pajak retribusi, meningkatkan taraf hidup pedagang makanan, serta manfaat lain yang mungkin cukup banyak untuk disebutkan. Saya acungkan dua jempol salut dengan program pemda Solo ini!

Di Galabo ini, pengunjung bisa memilih berbagai macam masakan khas Solo yang disediakan dari rombong-rombong penjual diantaranya "Hik Koncone Dewe" dengan sediaan khas wedang jahe kencur dan ayam kremes, "Yu Lemu" dengan cabuk rambaknya, "Bu Harno" dengan soto penjara, "Mama Sreng-Sreng" menyediakan tahu kriuch dan berbagai makanan gorengan, "Wedang Dongo Keprabon", warung bakmi "Pak H. Dul", "Sabar Menanti" menjual ayam bakar dan goreng.

Sambil menikmati enaknya masakan yang tersedia, pengunjung juga bisa merasakan indahnya malam di sekitar Gladak Kraton Kasunanan Surakarta. Di depan Gladak di tengah jalan perempatan terdapat bunderan air mancur setinggi kurang lebih 4 meter. Juga baru selesai dibuat patung Slamet Riyadi di sebelah barat bunderan air mancur. (Pulung)

Friday, November 14, 2008

Pasar Burung Dimoro

Pasar burung Dimoro letaknya di dalam pasar hewan desa Dimoro, kecamatan Sukorejo, kota Blitar. Disini dijual berbagai jenis burung dari Cucak Rowo sampai Emprit. Benar, burung Emprit yang dulu kita dengan mudah menemukan di pohon-pohon belakang rumah. Juga dijual berbagai bentuk kurungan burung dan banyak macam pakan burung, jangkrik, ulat atau pakan olahan.

Saya jadi teringat sewaktu kecil bersama teman-teman saya pernah mencari jangkrik di malam hari disini dengan membawa obor. Kemudian jangkrik-jangkrik ini kita pelihara di rumah di dalam "tholang" (tempat peliharan jangkrik dari bambu). Katanya suara derik jangkrik piaraan ini di malam hari bisa mengusir tikus. Biasanya pencarian jangkrik ini dilakukan setelah musim panen tanaman palawija di sawah ini dulu sebelum dibangun pasar hewan Dimoro.

Memang di kota-kota lain, pasar burung telah berhasil diangkat menjadi salah satu obyek wisata yang menarik. Disini banyak berkumpul selain penjual, pembeli, penggemar burung, orang iseng sekedar lewat, dan penjual sulap. Paling tidak yang terakhir ini ada saat saya kesana. Dia menjual buku sederhana sulap dan memainkan sulap untuk menarik pembeli. Banyak orang mengerumuninya dan mereka tertawa terhibur olehnya.

Ada satu yang bisa saya tulis rahasia sulapnya. Beras di dalam gelas ditusuk dengan pisau kemudian ketika gagang pisau diangkat beras beserta gelasnya ikut terangkat bersama pisau. Caranya tusuk beberapa kali beras di dalam gelas dan terakhir sambil beras ditekan dengan jari-jari tangan satunya sehingga beras padat dan ketika pisau diangkat beras beserta gelasnya akan ikut terangkat ke atas, tidak jatuh! (Pulung)

Saya Pilih Kepentingan Negeriku


"Saya mencintai keluargaku, tapi saya lebih mencintai Negeriku. Bila saya harus memilih, saya pilih kepentingan Negeriku." Kata-kata ini saya kutip dari catatan di bagian bawah foto Bung Karno bersama keluarganya. Waktu saya ke kios di dekat makam Bung Karno di Blitar untuk membeli pigura, saya melihat foto ini dan mengambil gambarnya melalui kamera telepon genggam saya untuk bisa saya muat disini.

Saya mencoba memahami lebih jauh tentang makna kata-kata ini. Suatu komitmen nilai terhadap kepentingan negeri yang mampu menembus batas kepentingan keluarga tercinta, apalagi mungkin sekedar pribadi atau kelompok. Kemudian timbul pertanyaan dalam hati saya, apakah di jaman sekarang ini masih ada orang-orang atau pemimpin yang memiliki prinsip ini, atau bahkan hanya sekedar berani mengucapkannya?

Bung Karno telah wafat lebih tiga puluh delapan tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 Juni 1970. Bung Karno mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1986. Banyak putra-putri negeri ini yang mendapatkan gelar serupa sebagai Pahlawan Nasional. Diantaranya, Jenderal Basuki Rakhmat yang telah berjasa mendapatkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966, langsung diangkat menjadi Pahlawan Nasional sehari setelah beliau meninggal tanggal 8 Januari 1969. Juga Ibu Tien Suharto karena jasa-jasanya dengan cepat mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 28 April 1996, selang satu hari setelah Ibu Tien Suharto wafat. Sedangkan Bung Tomo yang telah berjasa mengobarkan perang 10 November 1945 melawan tentara sekutu Belanda yang ingin menguasai kembali Nusantara setelah diproklamirkannya Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun ini tanggal 7 November 2008.

Membandingkan waktu pemberian gelar dan pengabdiannya kepada bangsa dan negara yang telah diberikan, pemerintah harus menetapkan standard procedure termasuk key performance indicators lebih terukur yang harus dipenuhi untuk mampu mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Ini akan menjadi dasar pemerintah dari waktu ke waktu untuk pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk menghindari bias kepentingan dalam pemberian gelar Pahlawan Nasional.

Nama-nama Pahlawan Nasional, serta standard procedure dan key performance indicators Pahlawan Nasional ini selanjutnya dengan cara yang disesuaikan disampaikan di sekolah-sekolah, sehingga para pelajar kita mengenal para pahlawannya. Bukankah ada kata bijak "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai Pahlawannya." Bagaimana kita bisa menghargai jika tidak mengenal mereka dan mengetahui jasa-jasanya? (Pulung Chahyono, http://www.pulung-online.blogspot.com/, mitra_ulung@yahoo.com)

Saturday, November 1, 2008

Goa Embul Tuk

Goa Embul Tuk terbentuk karena aliran sungai bawah tanah yang panjangnya + 1,5 km. Goa ini terletak di desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar, yang jaraknya + 50 km dari Kota Blitar. (Foto: Bersama teman SMA saat di Gua Embul Tuk).

Sekitar 25 tahun yang lalu, saya merasakan pengalaman yang luar biasa saat menyusuri Goa Embul Tuk. Terdengar suara arus air bawah tanah, suara tetesan air, jalur jalan kadang masuk ke air, di atas batu, dan dipermukaan yang datar. Terlihat keindahan batu stalactit yang terbentuk dari berbagai mineral yang mengeras dari tetesan air, menggantung di atap dan dinding goa. Stalagmit mengerucut di atas dasar goa yang bentuknya kebalikan dari stalactit. Aliran air bawah tanah telah mengerosikan dinding-dinding goa sehingga terbentuk ruang-ruang bawah tanah. Suatu saat saya berada di ruang bawah tanah yang sangat besar, tetapi di saat lain saya harus merunduk dan merangkat menyusuri goa.

Di daerah Yucatan Peninsula Meksiko terdapat sungai bawah tanah sepanjang + 95 mile (+ 153 km). Sungai bawah tanah ini diklaim terpanjang di dunia. Dua orang explorer dari Inggris dan Jerman menghabiskan waktu 4 tahun untuk melakukan eksplorasi sungai bawah tanah ini. Di negara-negara lain sungai bawah tanah memang menjadi obyek wisata yang banyak dikunjungi orang.

Saya yakin Pemda Kabupaten Blitar kelak akan melakukan eksplorasi dan eksploitasi Goa Embul Tuk untuk obyek wisata yang lebih menarik. Dengan membuat konstruksi dan modifikasi jalan dan ruang di dalam goa serta memberi penerangan listrik di dalamnya, seperti Goa Jati Jajar (panjang + 300 m) Kebumen Jawa Tengah, pengunjung akan bisa lebih menikmati keindahan Goa Embul Tuk. Didukung dengan pemandangan alam perbukitan yang unik di sekitar permukaan goa, pengunjung akan lebih banyak yang tertarik datang ke goa ini. Dan bisa ditebak, hasilnya akan meningkatkan taraf hidup penduduk sekitar dan pendapatan asli daerah.

Saat ini pengunjung masih perlu menggunakan jasa pemandu dari penduduk lokal yang membawa lampu petromaks untuk penerangan di dalam goa. Sebelum berangkat ke sini, jangan lupa membawa pakaian-ganti untuk dipakai saat pulang kembali ke rumah. Karena saat berada di dalam goa baju dan celana akan basah. Saya, Mega dan Sihono berfoto di samping pintu masuk Goa Embul Tuk. (Pulung Chahyono, http://pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)

Wednesday, October 29, 2008

Tak Biru Lagi Kampusku

Tanyakan saja kepada Ponco, Hisyam, Joko, Paulo atau yang lain "Apakah kami waktu jadi mahasiswa tawuran?" Dua puluh tahun lalu, kami mengisi hari-hari dengan belajar, berkumpul, makan bersama, atau membuat tugas kelompok. Kami ingin menunjukkan ke orang tua bahwa kami benar-benar belajar dengan biaya dari hasil jerih payah mereka. Lihatlah senyum kami yang menyejukkan penuh ketulusan dan persahabatan.

Jauh berbeda dengan senyum beringas mahasiswa kini. Mereka saling serang antar kampus bahkan antar fakultas di dalam pagar kampus. Saling melukai, membunuh, merusak, lempar batu, membakar ban di jalan sehingga menggangu masyarakat. Apakah mereka tidak tahu bahwa masyarakat tersebut yang membiayai teman-teman mereka atau bahkan mereka sendiri untuk belajar di kampus? Mahasiswa menjadi beringas karena dirasuki roh kepentingan tertentu dari luar kampus. Terlihat di acara televisi seorang mahasiswa sebagai organizer dan provokator tawuran mahasiswa mengakui bahwa ada pihak yang memberi dana puluhan juta untuk sebuah "event" tawuran. Jelas ada agenda kepentingan dari luar di sini, bukan kenakalan remaja!


Ikatan mahasiswa katakan himpunan mahasiswa Katolik, Kristen, Islam, Budha, Hindu, BEM, Forum Antar Kampus atau apa saja namanya, bisa dilihat jelas kemana ikatan itu berfusi ke suatu partai politik. Lagi-lagi roh kepentingan dari luar kampus telah merasuki mereka. Ada pihak ingin situasi ini terus berlangsung, karena mereka mencari dan meraup keuntungan dari ini. Mereka adalah yang merasuki, yang dirasuki, temannya yang merasuki, pembela yang kerasukan, media yang meliput kerasukan, dan banyak lagi. Sungguh, mereka menjadi hantu-hantu yang menyeramkan memburu keuntungan dengan memanfaatkan mahasiswa.

Ketika kampus kini tak lagi biru, para pejuang meradang meratapi penerusnya, rakyat kehilangan putera harapannya, rasa nasionalisme meleleh sirna, kepentingan kelompok mengkristal kuat menguasai kehidupan, serta suara lantang akademisi, elit dan pakar berkedok kepentingan pribadi menggema. Neraka apa lagi yang sedang terjadi di kampus kini! (Pulung)

Saturday, October 25, 2008

Merekalah Sahabat


Dengan adanya beberapa situs blogger teman-teman SMA, satu-persatu bayangan teman-teman, sahabat-sahabat hadir kembali mengisi ruang-ruang di dalam memori. Seakan ditemukan kembali missing link persahabatan yang dulu pernah terbangun. Suatu missing link terjadi ketika masing-masing sahabat lulus dari SMA dan melanjutkan perjalanan mengejar pendidikan dan kehidupan. Pengalaman persahabatan mengesankan di masa lalu kembali mencuat. Lihatlah foto Laskar Delima, SMAN1 Blitar 85 (dari kiri: Ganis, Heyik, Fery, Pulung), lokasi Pantai Tambak Rejo.

Para sahabat SMA banyak mempengaruhi warna perjalanan hidup di sepanjang masa SMA yang "harus" kita lalui. Mereka mewarnai dengan berbagai pengalaman suka-duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, dipedulikan-ditelantarkan. Namun tentunya semua pengalaman yang tidak mengenakkan tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kedengkian atau kebencian, tapi lebih karena timbulnya gelegak emosi sesaat di masa yang belum matang.

Gelegak emosi itu kini telah reda seiring usia berjalan menuju setengah abad. Pengalaman itu kini mesti bermetamorfosis menjadi semangat saling menghargai dan keinginan menghadirkan persahabatan yang matang baik dalam berkomunikasi maupun berinteraksi. Merekalah sahabat, dunia ini akan lebih mengesankan dengan persahabatan.

Persahabatan adalah suatu hubungan yang terjalin antar dua individu atau lebih yang saling memberikan manfaat dan dukungan. Memang prinsipnya persahabatan tidak terbatas kelompok, ras atau negara. Persahabatan bersifat universal. Jadi bisa saja seseorang dibelahan bumi selatan dan barat bersahabat dengan seseorang di belahan bumi utara dan timur. Apalagi di jaman sekarang, dimana persahabatan lebih memungkin lebih terjalin dengan adanya teknologi dunia internet.

Lebih dari sekedar teman, sahabat biasanya ditandai dengan hubungan yang saling menguntungkan dalam hal pengetahuan, harga diri, sosial dan kasih sayang. Kita mungkin punya teman yang setiap ketemu saling bertegur-sapa saja, tetapi sahabat lebih dari itu. Sahabat juga ditandai dengan sikap saling membantu dan memberikan rasa yang menyenangkan. Sahabat adalah seseorang yang selalu menunjukkan perilaku yang saling memberi dan menerima dalam arti positif yang luas. Sahabat bisa ada dimana saja! (Pulung)

Ranjang Bunga Mawar

Kue tart ulang tahun Rayhan Syailendra Jilani, diletakkan di atas meja kecil. Lilin dinyalakan, doa terbaik terucap dan kemudian lilin ditiup. Suara nyanyian "selamat ulang tahun" dinyanyikan bersama-sama oleh Javan Hammurabi Rumi kakaknya, Hayatun Nufus ibunya dan saya sendiri. Kue dipotong oleh ibunya dan kemudian Ray bagikan ke kami. Kakaknya Jav, sahabat terbaiknya, yang diberi kue pertama kali. Memang hanya kami berempat yang merayakannya.

Semoga ini adalah ulang tahun yang akan menjadi kenangan masa kecil Ray di tengah hutan belantara Papua bersama keluarga tercinta. Juga kakaknya. Inilah wujud rasa cinta kami kepadanya yang kami berusaha berikan di hutan belantara ini. Seperti orang lain, kami ingin anak-anak kami bahagia menikmati masa kecilnya walau kami di tengah hutan.

Sambil menikmati kue tart ulang tahun dan bersendau-gurau bersama, sayup-sayup terdengar lagu "Bed of Roses" Bon Jovi:
I wanna lay you down in a bed of roses

For tonite I sleep on a bed of nails
I wanna be just as close as the Holy Ghost is

And lay you down on a bed of roses….


Makna ulang tahun bagi kami adalah bentuk syukur dan doa! Kami bersyukur kepada Gusti Allah yang telah memberikan umur panjang, sehat dan bahagia. Selanjutnya teriring doa semoga anak-anak kami kelak menjadi anak-anak yang berguna bagi orang lain. Doa ini mungkin cukup sederhana dan tidak muluk-muluk tetapi memiliki cakupan dan makna yang luar biasa luas. Juga, arti yang sangat mulia untuk “hidup yang berguna bagi orang lain”. Ini tentang keberhasilan hidup dunia dan akherat.

Dalam sebuah hadis, Rasullullah SAW menyatakan bahwa “Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain”. Inilah yang pernah dicontohkan oleh Kanjeng Nabi sebagai manusia harus memberikan manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi orang lain. Dan siapapun orangnya bisa melakukan melakukan ini. Namun hanya orang-orang yang penuh kasih kepada sesamanya yang mampu dan mau melakukan ini. (Pulung)

Cendrawasih Cafe

Di atas ketingggian + 2.000 m diatas permukaan air laut (dpal) bisa dipastikan Cendrawasih Café jadi "real café" tertinggi di Indonesia. Café ini terletak di atas jajaran pegunungan Jaya Wijaya, dengan puncak tertingginya Puncak Jaya (Cartenz) ­+ 4.750 m DPL. Gunung-gunung tinggi di Indonesia Semeru + 3.677 m dpal, Merapi + 2.965 m dpal dan kalaupun ada café disana tentunya tidak sampai berada di bagian sepertiga atas puncaknya. Cendrawasih Café dikelola oleh salah satu perusahaan catering skala internasional milik seorang taycon Indonesia.

Café ini ada di pusat area perbelanjaan, termasuk di dalamnya bisnis Hero Supermarket, Rudy Hadisuwarno, Bank Niaga, dan Bank Mandiri. Cendrawasih Café terletak di desa Tembagapura, kecamatan Mimika Timur dan kabupaten Mimika, Papua dengan penduduk sekitar 15.000 orang. Berbagai menu Sandwich, Steak, Sate Padang, Soto sampai dengan Lontong Sayur ada di sini. Ice cream dengan berbagai rasa vanila, coklat, strawbery dan lainnya juga tersedia. Bagi yang suka makan snack, silahkan pesan tahu isi, resoles dan ote-ote atau rerotian seperti black forest, roti sus dan lainya ada di sini.

Di foto atas itu Javan Hammurabi Rumi anak pertama saya. Saya berpesan ke dia "Le, kita ndak bisa seringkali datang ke Café ini ketimbang kita nanti pulang kampung hanya berpakaian celana kolor". Harga makanannya cukup mahal untuk ukuran pekerja nasional seperti saya, misal 1 porsi Soto harganya 25.000 rupiah. Bagi saya ini mahal karena saya membandingkan dengan harga soto di depot Melati dekat RS Bersalin Aminah Blitar.

Setiap malam minggu live music karaoke di Café ini digelar. Semua bisa datang menyanyi gembira tua, muda, anak tinggal pilih lagu barat, dangdut, pop, jazz, keroncong atau apa saja. Hard disk mesin karaokenya menyimpan 30 ribuan lagu nasional atau manca negara. Cendrawasih Café cukup bagus bagi penghuni desa ini untuk menikmati makan siang, malam, atau sekedar minum teh saat weekend dan hari libur. Atau di hari-hari kerja bagi mereka yang ingin menjamu rekan bisnis, tamu atau rekan kerjanya. Manusia dari sekitar 40 negara yang pernah berkunjung dan menghuni desa ini sebagian besar pernah datang ke Café ini.


Para selebritis ibu kota seperti Bella Safira, Dian Pisesa, AB Three, Kris Dayanti, alm. Gito Rollies, Tantowi Yahya, Kak Seto, Rafael dan banyak lainnya, dimana setiap tahun selalu ada selebritis didatangkan ke sini, tentunya pernah mampir ke Café ini saat mereka di desa ini. Teman SMA saya Kandung, Bambang, Susyawan atau mungkin yang lain pasti pernah ke Café ini. (Pulung)

Monday, October 13, 2008

Konsep Pulung

Paling ora ono telu konsep pemahaman "pulung". Sing sepisan, pulung iku nyata ana lan mujudake perlambang tumibane wahyu kanugrahan, kemujuran lan keslametan saka Gusti Kang Maha Kuwasa. Wahyu kanugrahan, kemujuran lan keslametan iku dudu perkarane manungsa wantah. Ana campur tangan saka tangan kang ora katon (invisible hands), tangane Gusti Kang Maha Kuwasa.

Sing kaping pindho, pulung minangka pangreh praja kaya dene pulung kaprajan, wahyu keprabon utawa Wahyu Cakraningrat. Pulung iku kaya cahyane lintang (Halley comet). Wong sing ketiban pulung dadi lurah, bupati, walikota, gubernur, pejabat negara lan uga presiden iku wong-wong sing nampa wahyu utawa pulung kaprajan. Mula banjur ana sesebutan "ketiban pulung". Istilah sing dienggo pancen "ketiban" dudu kesandhung, nemu, utawa entuk. Ketiban iku saka tembung "tiba". Tumiba mesthi asale saka ndhuwur. Pulung kaprajan asal usule saka garise pesthi lan peparinge Gusti Kang Maha Suci. Pemahaman iki nganggep yen pulung iku ana wujud fisik cumlorote lintang.

Sing angka telu, pulung iku mung mitos (myth) kayadene Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul lan sapanunggalane. Mitos bisa dicipta lan disebarake kanggo tujuan sosial utawa politis. Mitos iki umpamane, mungkin wae diciptakake kanggo mbentengi panguwasa raja-raja Mataram. Wong-wong sing arep ngrebut panguasane bakal mikir-mikir amarga sing diadhepi iku duwe dhekeng panguwasa ghoib ing segara kidul. Wallahualam bissawab.

Words Never Neutral

Kata-kata (words) disini berarti bahasa, baik yang berupa ujaran maupun tulisan yang digunakan untuk mengekspresikan emosi dan pikiran seseorang. Kata-kata berfungsi sebagai pembawa arti atau makna. Disamping gambar, kata-kata selalu digunakan dalam pesan-pesan politik, ekonomi, sosial, agama, budaya dan sebagainya. Dengan kata-katalah pesan dapat disampaikan oleh si pemberi pesan (speaker dan writter) kepada si penerima pesan (listener dan reader). Bahkan kata-kata yang mengekspresikan emosi dan pikiran si pemberi pesan bisa diterima dan dipahami lain oleh si penerima pesan, tentunya karena pengaruh-pengaruh yang bersifat internal maupun eksternal. Pengaruh internal adalah pengalaman, emosi serta pikiran si penerima pesan itu sendiri.

"Our words are never neutral," kata Fiske (Media Matters: Everyday Culture and Political Change, 1994). Pernyataan itu terkesan menebar prasangka, tetapi begitulah adanya. Kata-kata tidak pernah netral. Lihatlah kata-kata yang disampaikan melalui media audio maupun visual. Ketika seseorang akan menjual produknya mereka selalu menyampaikan bahwa produk itu untuk kebaikan konsumennya. Ketika seseorang berkampanye untuk memperoleh dukungan agar dia berhasil menduduki posisi politik tertentu, mereka tentu akan menyampaikan dukungan itu untuk kepentingan mereka. Kata-kata itu tidak pernah netral karena dia akan dirancang untuk memihak orang yang mengeluarkan kata-kata.

Pernyataan Fiske hanya salah satu ungkapan tentang ketidaknetralan bahasa. Volosinov (1975) dan Bakhtin (1986) menyebut semua penggunaan bahasa bersifat ideologis, bahkan dilugaskan Kress & Hodge (1979) dalam buku Language as Ideology. Ideologi tidak sebatas will to power (Foucault, 1979), tetapi dalam pengertian umum, worldview, term of reference, juga interpretation frameworks. Memang benar bahwa penerima pernyataan harus cermat dalam memahami latar-belakang di balik bahasa itu sendiri. Bahkan si penerima kata-kata kadang terjebak dalam ketidakmampuannya untuk melakukan interpretasi netral kata-arti kata-kata yang diterimanya. Dia terkooptasi oleh kekuatan pengaruh ideologi si pemberi pesan.

Pendek kata, selalu ada kepentingan di balik kata-kata dan bahasa. Bagi ”linguis- sosialis” seperti Volosinov dan Bakhtin, kata-kata merupakan ranah perjuangan ideologis. Membongkar ideologi—termasuk kepentingan—yang tersembunyi dalam kata-kata (teks) merupakan fokus critical discourse analysis (CDA) sebagai pendekatan kontemporer analisis wacana lintas-ilmu. Bahkan saat ini terlihat ada gap yang signifikan antara kecanggihan teknologi informasi sebagai perantara kata-kata dengan penerima kata-kata. Sehingga dengan mudah pemberi kata-kata menyampaikan kata-kata melalui kecanggihan sarana teknologi informasi kepada penerima kata-kata yang memiliki latar belakang kurang memiliki kemampuan analisa kepentingan dalam kata-kata yang diterimanya.


Namun demikian kita bisa memberikan neutral point of view terhadap kata-kata. The neutral point of view is a point of view, not the absence or elimination of viewpoints. It is a point of view that is neutral - that is neither sympathetic nor in opposition to its subject. Benar bahwa agar tidak terjebak dalam kata-kata yang diterima, si penerima kata-kata harus mampu menjaga kenetralan sudut pandang, pikiran dan emosinya saat menerima kata-kata baik melalui media audio-visual dan saat membaca kata-kata dalam media tulisan. Dari kenetralan sudut pandang inilah, kata-kata akan cenderung bisa dipahami arti kata-kata yang sebenarnya, sehingga penerima kata-kata bisa menentulan tindakan dalam menanggapinya. (Pulung)