Thursday, January 17, 2019

Lungguh Gupuh Suguh

Secara harfiah tiga kata Jawa yang merupakan pepatah ini secara berurutan duduk, sibuk, dan menjamu. Pepatah ini mengacu pada adab dan tradisi masyarakat Jawa, yang merasa tidak menghormati tamu jika tidak dapat menyambut tamu dengan baik. Tamu adalah semua orang yang datang berkunjung ke rumah baik diundang maupun tidak, baik yang menginap atau tidak.

Setelah mengucap salam, tamu harus segera diajak masuk ke dalam rumah dan dipersilakan duduk (lungguh). Setelah lungguh atau duduk maka tuan rumah akan gupuh atau sibuk untuk menyiapkan suguh atau menyajikan minuman dan makanan untuk tamu. Biasanya tuan rumah akan menawarkan apakah tamu menginginkan minuman yang umumnya berupa teh, kopi, atau minuman lainnya.

Melayani tamu dengan baik menjadi tradisi yang menyenangkan dan dipercaya bisa mendatangkan rejeki. Bentuk pelayanan itu adalah menyiapkan tempat duduk, suasana, dan yang pokok adalah suguhan. Apa pun wujud suguhan itu bagi tamu adalah sebuah manifestasi perhatian tuan rumah kepada sang tamu.

Bisa saja tempat duduk untuk tamu itu hanya berupa tikar yang digelar di lantai. Bisa jadi suguhan yang disajikan kepada tamu hanya berupa singkong rebus dan air putih. Akan tetapi jika semua itu diberikan kepada tamu dengan rasa hormat dan ketulusan serta kejujuran, maka sang tamu akan tetap merasa disambut, diterima, dan dihormati.

Sebenarnya bukan soal suguhan itu berharga mahal, mewah, atau tidak. Hal yang penting adalah suguhan itu diberikan dengan hormat, ikhlas dan menyenangkan. Pun dengan tempat duduk dan sambutan (gupuh). Dengan demikian tamu akan merasa diterima dengan senang hati kedatangannya. Lebih penting tamu dapat merasa nyaman dan tercapai tujuan bertamunya. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)