Sunday, November 30, 2014

Musim Pek-pekan

Seorang penumpang di kursi baris belakang mobil travel menyampaikan "Sedang musim Pek-pekan sekarang". Sejenak saya berpikir menggali ingatan dan menoleh belakang. Suara itu pasti dari laki-laki pasangan muda-mudi di kursi belakang. Saya menyahut "Benar begitu ya?". Dia segera menanggapi "Iya, sekarang lagi musim anak kecil diculik. Kabarnya setelah diculik, salah satu organ tubuh anak kecil diambil dan dijual". Saya mengerti maksudnya, organ tubuhnya dijual kepada orang yang membutuhkan untuk transplantasi organ tubuh.


Obrolan Pek-pekan ini menanggapi saat mobil travel yang kami tumpangi malam hari dari bandara Juanda Surabaya menuju Blitar dihentikan oleh beberapa petugas polisi di jalan pintas kota Jombang. Tidak hanya mobil, kendaraan motor roda dua juga dihentikan untuk dicek kelengkapan kendaraan dan pengemudinya. Terlihat beberapa mobil berhenti, dicek termasuk barang-barang bawaan di dalam mobil oleh polisi. Setelah dicek kelengkapan kendaraan dan ditanyakan tujuan mobil travel kami, sopir dipersilahkan melanjutkan perjalanan kembali.

Sopir travel pun rupanya juga tertarik menanggapi tentang Pek-pekan ini. Obrolannya jadi berlanjut saling menanggapi dan bercerita tentang isu Pek-pekan. Kabar penculikan anak kecil sebelumnya juga terjadi di daerah Lamongan. Rupanya kabar penculikan anak ini sudah cukup menyebar. Bahkan pasangan muda mudi yang sedang berlibur ke kampung halamannya dari pemantauannya di Banjarmasin pun bisa mengetahuinya. Tentu kabar ini menjadi perhatian dan kekawatiran tersediri terutama bagi pasangan suami-istri yang memiliki anak kecil.

Cukup lama sekali saya baru mendengar kembali tentang isu Pek-pekan. Saya teringat saat usia anak dulu di kampung saya juga sering mendengarnya. Bahkan ini menjadi momok bagi kami sebagai anak-anak. Konon dahulu Pek-pekan menculik anak untuk dijadikan tumbal. Orangtua dulu kalau menakut-nakuti anak agar tidak bermain keluyuran main ke sungai, sawah atau tegalan tempat bermain anak dulu, mereka bilang "Awas kalau keluyuran nanti diculik Pek-Pekan". Dan kata itu membuat anak-anak sangat ketakutan bermain di luar rumah.

Kini berbalik isu Pek-Pekan berganti menjadi momok bagi para orangtua. Isu Pek-pekan cepat menyebar luas melalui media sosial internet. Terlepas benar-tidaknya isu Pek-pekan, ini ternyata memberi dampak positif yang mana para orangtua menjadi lebih memperhatikan keselamatan anak-anak kecil mereka di sela kesibukan harianya mencari nafkah. Bahkan dicertakan banyak orangtua sekarang berubah rajin mengantar-jemput anak-anak kecilnya sekolah sebagaimana sebelumya tidak pernah dilakukannya. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com; mitra_ulung@yahoo.com)

No comments: