Friday, January 25, 2013

Waterworld dan Banjir Jakarta

Melihat berita Jakarta banjir serta kemalangan penghuninya akhir-akhir ini, saya jadi teringat film Waterworld yang pernah saya tonton di HBO channel. Film fiksi ilmiah post-apocalyptic ini dibuat tahun 1995 dibintangi oleh aktor Kevin Costner sekaligus sebagai produsernya. Setting film jauh ke masa depan sekira tahun 2500 bercerita kehidupan manusia paska bencana air bah hebat di bumi akibat mencairnya seluruh lapisan es kutup. Air laut perlahan naik ratusan meter nyaris menenggelamkan seluruh permukaan bumi. (Foto: Banjir Pluit - Vivanews).

Populasi manusia yang selamat tersebar hidup di permukaan air berpencar atau berkelompok di pulau-pulau attol buatan dan kapal-kapal besar yang rusak. Dikisahkan seorang pengembara laut bernama Mariner berpetualang di hamparan air dengan kapal layarnya, trimaran. Dia datang ke penduduk yang tinggal di pulau karang buatan untuk menjual tanah sebagai komoditas mahal dan paling dicari waktu itu. Mariner seorang manusia mutant memiliki jari kaki berselaput dan mampu bernafas dalam air akibat evolusi menyesuaikan dunia air.

Banjir Jakarta membuat lebih ingat satu adegan dalam film ini bersetting di atas perahu trimaran. Dibawahnya adalah area bekas reruntuhan dan puing-puing kota Denver Amerika Serikat sebelum bencana air bah. Helen penjaga toko perdagangan tanah dan Enola gadis kecil anak asuh Helen, melarikan diri bersama Mariner dari masyarakat pulau attol buatan, demi mencari sebuah tanah daratan yang tersisa. Mariner tidak pernah percaya adanya daratan ini, walau Helen meyakinkannya dengan tato peta menuju Dryland di punggung Enola.

Keyakinan kuat Helen masih adanya tanah daratan menuntut Mariner menunjukkan dimana dia dapatkan tanah yang dijualnya. Dengan kemampuan Mariner bernafas dalam air dan alat sederhana dia bawa Helen ke dasar dunia air tempat dia mengambil tanah dan barang untuk dijual. Lalu cerita mempertemukan mereka dengan Gregor ahli pembaca peta. Gregor mampu menerjemahkan tato peta di punggung Enola dan menemukan koordinat Dryland. Mereka menuju ke Dryland dan akhirnya dengan suka-cita benar-benar bertemu daratan yang dulunya puncak gunung Everest.

Adegan pamungkasnya, setelah beberapa waktu mereka memulai peradaban baru manusia di dunia daratan, Mariner berniat meninggalkan mereka. Gadis kecil Enola sangat bersedih. Mariner menegaskan dia merasa bukanlah manusia darat tapi hamparan air adalah rumahnya. Perlahan Mariner berlayar haru meninggalkan daratan pantai, Helen, Enola dan Gregor. Di Jakarta dengan banjirnya, semoga tak mampu mengubah seorangpun penghuninya merasa hamparan air banjir adalah biasa bagi rumahnya dan enggan mengubah perlakuannya terhadap lingkungan. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)

No comments: