Saturday, November 17, 2012

Jangan Kambinghitamkan Nasionalisme

Bentrok massa seperti mewabah di berbagai daerah negeri akhir-akhir ini. Massa bentrok mengatasnamakan isu suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA) untuk menyelesaikan masalah. Mereka memanipulasi nilai suku, agama, ras dan antar-golongan untuk mempertahankan kepentingan, melebihkan keberadaan, atau mengejar keinginan. Sedemikian rupa penyelesaian masalah menguntungkan sepihak secara individual, komunal, institusional atau kultural.

Nilai-nilai suku, agama, ras dan antar-golongan sesungguhnya warisan luhur negeri ini, sekaligus sebagai kekayaan negeri tiada ternilai. Ratusan bahkan lebih suku telah hidup dan mendiami berbagai pelosok negeri sejak nenek-moyangnya dengan aneka budaya. Agama-agama langit dan aliran-aliran kepercayaan disahkan, dianut dan dijalankan di negeri ini. Juga berbagai ras dan antar-golongan berbaur hidup bersama di negeri ini. Betapa luhur dan kayanya negeri ini.

Menyelesaikan persoalan melalui bentrok massa memang sensitif dan gampang dilakukan dengan manipulasi nilai suku, agama, ras dan antar-golongan. Manipulasi, pokok masalahnya! Bukan nilai SARA-nya yang luhur. Minimal dua arti "manipulate" dalam Encarta Dictionary, yaitu "control or influence somebody or something in devious way" dan "change or present something in a way that is false but personally advantageous". Memanipulasi melalui cara menyimpang dan demi manfaat sepihak.


Bentrok massa itu awalnya memang ada masalah, yang kemudian dimanipulasi dengan nilai SARA. Lalu sekelompok massa diagitasi melakukan bentrok massa. Akhirnya agitator mendapat manfaat psikis atau fisik. Cenderung sesederhana itu alur penyebab bentrok massa akhir-akhir ini seperti di Lampung Tengah, Bolaang Mangondow, Bima, Padang, Jakarta, Tangerang dan lainnya merata di seluruh negeri. Rumah-rumah dibakar, orang-orang cidera dan terbunuh, dan anak-anak trauma ketakutan atau bahkan dendam.


Di tengah kepedihan akibat bentrok massa, muncul tuduhan dari pejabat bahwa bentrok massa marak disebabkan rasa nasionalisme yang luntur. Terdengar seperti melempar masalah. Seharusnya para pejabat negeri introspeksi apakah tanggungjawab membuat legislasi, mengeksekusi aturan, dan yudikasi hukum untuk keamanan dan kenyamanan massa benar-benar telah dilakukan di negeri ini? Keluhuran nilai SARA negeri ini tidak boleh rentan dimanipulasi oleh siapapun dan untuk kepentingan apapun. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)

No comments: