Friday, December 7, 2012

Antisipasi Aroma Cabul di Busway

Berita paling gres terkait angkutan TransJakarta adalah pelecehan seksual dalam Bus TransJ (sebut saja Busway). Seseorang pencabul secara diam-diam merekam daleman rok wanita yang berdiri di depannya dengan kamera handphone dan pulpen senter. Kasus cabul dalam Busway telah berulang-ulang sebelumnya. Terus masih terjadi hingga yang paling up-to-date "tragedi shooting daleman rok" dalam Busway ini. Mungkin demi kejar tayang! Atau pengin menjajal keampuhan gadgetnya? Namun yang nyata tindak cabul.

Bagaimana para pemangku akuntabilitas mengantisipasi pelecehan seksual dalam busway? Antisipasi masalah bisa cukup sederhana sebenarnya. Ya, sesederhana cara berpikir sederhana! Memahami masalah, penyebab dasar dan antisipasinya. Namun antisipasi masalah sering jadi kesempatan menumpangkan kepentingan. Ketika demikian penyelesaian masalah menjadi kurang menyentuh root cause masalahnya. Malah kecenderungannya sekedar mengelabuhi akar-penyebab yang sebenarnya telah terang-benderang.

Berbagai modus operandi kasus pelecehan seksual, bersama kasus lain, telah diantisipasi agar tak terulang. Pernah diberitakan ditempatkan 1.575 petugas on board dalam bus Transjakarta di 10 koridor bus way. Juga ditempatkan 100 petugas keamanan di 100 halte busway. Empat CCTV dipasang di satu bus. Dipasang stiker tips antisipasi pelecehan sesual. Diberitakan juga penempatan Satgas Wanita di setiap halte untuk menangani kasus pelecehan seksual. Banyak antisipasinya, namun kurang mujarab. 


Gubernur baru Jakarta memiliki ide sederhana mengantisipasi pelecehan seksual dalam busway. Sejalan dengan apa yang dia sampaikan untuk bertugas tanpa ditunggangi kepentingan. Dia memutuskan akan menambah armada Bus TransJakarta! Sederhana, menukik pada jantung permasalahan. Semua tahu bahwa root cause-nya adalah penumpang laki-laki dan perempuan berhimpitan ketat di halte tunggu dan berdesakan rapat dalam busway. Inilah pemancing aroma cabul itu. Ingat pesan Bang Napi tentang teori niat dan kesempatan!

Kesederhanaan menyelesaikan masalah cenderung diabaikan karena kompleksnya kepentingan para penyelesainya. Demikian bisa saja orang berpikir cara alternatif menyelesaikan masalah pelecehan seksual dalam busway menurut kepentingan dan anggapannya. Misalnya terpikir cara ekstrim menciptakan efek jera para oportunis cabul, dengan menempatkan para penembak jitu di sepanjang pinggir jalur busway. Namun ini khan ide antisipasi yang sungguh t-e-r-l-a-l-u? Dan jelasnya tak menukik ke jantung masalah. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)

No comments: