Tuesday, September 25, 2012

Aubade Negeri Gombloh

Pagi itu setelah Inspektur upacara meninggalkan podium menuju mimbar kehormatan di tengah-tengah para undangan, terdengar lagu aubade Kebyar-Kebyar. Lagu bertema nasionalisme ini diciptakan, dinyanyikan sekaligus dipopulerkan oleh Gombloh. Seorang penyanyi nyentrik asal Surabaya yang kini tengah beristirahat dengan tenang di sisi-Nya. Rest in Peace Gombloh! Nyanyianmu menjadi aubade upacara kemerdekaan di berbagai penjuru negeri.

Beralasan, sedikit seniman lagu yang berniat menciptakan lagu bertemakan nasionalisme negeri. Mereka sadar kelak lagu itu tidak akan popular dan laku di pasaran. Demikian mereka lebih cenderung menciptakan lagu bertemakan cinta muda-mudi. Lagu tentang kerinduan anak muda dengan kekasihnya. Lagu tentang saat indah pasangan kekasih. Dan mereka pun benar. Dengan demikian lagu mereka cenderung menjadi popular walau sesaat.

Mendengar lagu-lagu nasionalisme kebangsaan mampu membangkitkan semangat cinta negeri. Menumbuhkan kembali cinta kepada negeri. Menyuburkan kerinduan untuk berbuat sesuatu terhadap negeri tercinta. Tak ubahnya lagu bertemakan tentang kekasih. Memang senyatanya ada kesamaan "jiwa" lagu cinta (aubade) bertemakan cinta negeri dengan cinta kekasih. Demikian juga keduanya mampu ditumbuhkan dan digetarkan lewat lagu.


Gombloh seniman merakyat yang sangat peduli negeri. Gombloh terbukti menunjukkan simpati, kecintaan dan perhatiannya terhadap negeri, paling tidak lewat lagu-lagunya. Kecintaan terhadap negerinya tergambar dalam lagu Gugur Bunga, Indonesia Kami, Pesan Buat Negeri dan lainnya. Seakan Gombloh ingin menularkan rasa cinta negerinya kepada para pendengarnya, terutama para pemuda-pemudi negeri ini.


Aubade Kebyar-Kebyar kini setara dinyanyikan dengan lagu-lagu nasionalisme Bagimu Negeri, Bangun Pemuda-Pemudi, Hari Merdeka, dan lainnya. Lagu-lagu nasionalisme ini dicipta dan dinyanyikan sekitaran waktu perjuangan kemerdekaan. Diciptakan oleh tokoh-tokoh pengarang lagu legendaris seperti Ismail Marzuki, Kusbini, Alfred Simanjuntak, dan seangkatannya. Berpuluh tahun kemudian seorang Gombloh mampu mencipta aubade negeri legendaris. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)

No comments: