Saturday, August 6, 2011

Goro-goro dan Ksatria

Dalam pewayangan kulit episode Goro-goro bercerita tentang jaman kalabendu. Suatu jaman penuh kesengsaraan dan angkara murka merajalela sehingga memicu krisis multidimensi. Jaman serba terbalik dan berada pada titik kulminasi konflik sosial. Ini ditilik dari sepenggal prolog adegan Goro-goro oleh sang Dalang. Goro-goro jaman kala bendu, wulangane agama ora digugu, sing bener dianggep kliru sing salah malah ditiru. Goro-goro itu jaman kesengsaraan dan angkara murka dimana ajaran agama tidak diterapkan, yang benar dianggap keliru, dan yang keliru justru ditiru. (Foto: Khalid bin Walid, the Battle of Yarmouk)

Goro-goro itu klimaks cerita, puncak permasalahan. Dan tentu tidak serta-merta klimaks terjadi. Alur cerita diawali dengan praklimak, jaman Kalajaya. Setiap tokoh cerita mengandalkan kejayaan dan kekuatannya. Disini mulainya permasalahan penyebab klimaks. Kekuatan ekonomi mengandalkan kejayaannya terhadap politik, kekuatan politik mempengaruhi masalah hukum, kekuatan hukum membedakan strata sosial, dan lain sebaliknya. Dan permasalahan yang tidak terselesaikan secara bijak dan tepat, tentu menimbulkan konflik. Penyelesaian masalah dengan menimbulkan masalah.

Kemudian terjadilah jaman kalabendu. Lebih lanjut di masa Goro-goro jika ditunjukkan yang benar malah marah. Bahkan yang menunjukkan dan menjalani kebenaran justru dimusuhi, diserang dan dijatuhkan. Lebih parahnya lagi, cara memusuhi, menyerang dan menjatuhkan tidak cukup dan puas dilakukan sendiri, mereka berjamaah dan bahkan terbentuk mafia. Bahu-membahu melawan yang benar, membela yang bayar. Jadilah bertebaran mafia-mafia dengan cara kerja yang terencana dan sistematis. Lihat, ada mafia hukum, mafia pajak, mafia pemilu, dan mafia anggaran. Masih akan lebih banyak lagi mafia.

Setelah jaman kalabendu datang jaman kalasuba, suatu jaman kedamaian dan kesejahteraan. Ini antiklimak. Tapi tidak dengan sendirinya! Jaman ini harus diperjuangkan segala daya dan upaya. Harus ada gerakan massal. Dibentuklah tim anti-mafia hukum, panja anti-mafia pajak, komite pemberantas korupsi, dan lainnya. Walau kadang Itu kurang mampu-tuntas melawan para mafia sudah terlalu kuat dan banyak kaki-tangannya. Mereka kadang kewalahan menghadapi mafia-mafia yang telah mengakar subur. Memang perlu waktu. Namun perjuangannya harus tepat dikobarkan, tidak malah dihapuskan.

Dimana ada goro-goro disitu ada ksatria. Saat Goro-goro terjadi muncullah sang ksatria. Seperti ditakdirkan. Namun ksatria tidak muncul tiba-tiba. Ksatria terlebih dulu digembleng di padepokan oleh para penasehat ahli dan bijak. Ksatria bertindak sebagai leader mengatasi krisis goro-goro. Ksatria berada didepan memimpin memerangi raksasa dan angkara murka, ditengah mengatur pasukan dan dibelakang memberi semangat. Dia memiliki accountability berada di depan, tengah dan belakang. Ksatria membawa jaman goro-goro menuju jaman kolosubo yang penuh kedamaian dan kesejahteraan. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)

No comments: