Friday, March 3, 2017

Robohnya Pohon Kami

Sore itu mendung nyaris gelap gulita. Warna hitam keabuan menggelayut memenuhi langit. Mendung hitam pekat terlihat rendah di segala penjuru menutupi seluruh ruang angkasa. Penuh sesak dan seperti tak bergerak sejengkalpun. Sesekali petir menggelegar seakan memberi peringatan akan segera datangnya hujan lebat.

Angin musim berhembus sangat kencang. Dahan pohon dan dedaunannya seperti terhanyut ke arah angin bertiup. Hanya beberapa detik mampu berupaya kembali ke posisinya kemudian terhempas kembali. Lalu air seperti tertumpah dari langit menghujam permukaan bumi. Terdengar keras suara air hujam terhempas di tanah.

Beberapa saat hujan lebat dan angin kencang mengobang-ambingkan pepohonan. Saya masih duduk di teras rumah mengamati air hujan yang sampai masih ke teras rumah. Tiba-tiba mata saya tertuju pada dua pohon yang berada di pojok halaman. Hanya beberapa detik dua pohon telah roboh tumbang ke tanah.

Bergegas saya beranjak dari duduk dan segera mengambil payung menuju dua pohon yang roboh. Saya berhenti di samping pohon dan mengamati kondisi dua pohon tomat saya yang roboh. Batang pohon setinggi 60 cm melengkung tidak patah dengan puncak pohonnya tumbang menyentuh tanah. Pangkal pohon masih tertancap di tanah tumbuhnya.

Saya ambil batang bambu lanjaran yang telah saya siapkan. Lanjaran saya tancapkan ke tanah dekat pangkal pohon dan menali pohon pada batang lanjaran. Pohon segera berdiri kembali seiring dengan mulai meredanya hujan dan angin. Beberapa hari kemudian pohon tomat mulai membuahkan pentilnya. 
(Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com).

No comments: