Tuesday, February 1, 2011

Siapa Menanam, Menuai "Cabai"

Harga cabai membubung tinggi sampai Rp. 100 ribu per kilogram, bahkan bisa lebih mahal di daerah tertentu akhir-akhir ini. Hebat! Ini jauh lebih mahal dari harga daging sapi dengan berat yang sama. "Pedas"nya harga cabai terus berkembang menjadi isu yang "hangat" diperbicangkan di negeri ini. Cukup lama "cabai gate" ini menjadi "hot" news.  Tak hanya kaum ibu rumah tangga, yang layaknya paling berkepentingan dengan naiknya harga cabai, atau penjual makanan dan kue gorengan, bahkan juga para pejabat teras negeri ini.

Ini memang luar biasa. Cabe rawit yang biasa tumbuh dengan sendirinya di pekarangan sekitar rumah ini mampu membuat para pejabat teras negeri ini membahasnya. Juga bank sentral ikut bergeming dengan meresponsnya bersama asosiasi petani cabai. Melambungnya harga cabai ternyata mampu mempengaruhi laju inflasi. Tentu ini tidak diperhitungkan sebelumnya, karena cabai rawit mungkin dianggap makanan "underdog". Iya demikian, karena keberadaannya bukan termasuk dalam sembilan bahan pokok bahan makanan.

Kasus membubungnya harga cabai benar-benar mampu mengalihkan perhatian sebagian penduduk negeri ini. "Mengalihkan perhatian" ini bukan sebagai tuduhan politis yang cukup sering terdengar akhir-akhir ini. Tapi mengalihkan perhatian yang sebenarnya lho! Lihat saja, pejabat negeri yang biasanya memperhatikan sektor ekonomi "strategis" sekarang harus mengalihkan perhatian ke cabai "kecil" ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulan Januari 2011 sebesar 0,89% dan tingginya inflasi itu terutama disumbang dari beras dan cabai rawit dengan sumbangan inflasi hingga 0,11%.

Kenapa sih cabai harganya jadi selangit? Saya rasa nggak terlalu sulit menjawabnya, belum perlu mendatangkan pakar cabai atau begawan ekonomi. Bisa dijawab awal dengan hukum ekuilibrium ekonomi demand-supply. Ketika permintaannya tetap, kemudian pasokannya berkurang, tentu harga cabai akan naik. Kenapa pasokan cabai berkurang? Ya karena banyak pohon cabai gagal panen. Kenapa pohon cabai gagal panen? Karena bunga cabai rontok kena curah hujan sebelum berubah menjadi pentil cabai. Curah hujan yang tinggi menggugurkan putik bunga cabai, sehingga proses pembungaan gagal sebelum berbuah.

Namun mencobalah berpikir terus lebih dalam lagi sampai ke "akarnya" tentang sebab-musabab yang membuat membubungnya harga cabai. Mungkin bisa disebut root cause-nya lah. Terus saja bertanya kenapa kenapa hujan tinggi saat menjelang panen cabai? Karena anomali musim. Kenapa terjadi anomali musim? Karena pengaruh pemanasan global. Ketika alam terganggu keseimbangannya, kemudian terjadi anomali siklus musim, maka alampun menjadi tidak ramah, dan apa saja bisa terjadi. Bersahabatlah dengan alam. (Pulung Chahyono, http://www.pulung-online.blogspot.com/, mitra_ulung@yahoo.com)

No comments: