Thursday, December 3, 2009

Mengapa Mereka Maju?

Kala itu saat pandangan dan pemikiran para ilmuwan Barat bertentangan dengan penguasa negeri dan dogma keyakinan, mereka lebih memilih keilmuan dan rela meninggalkan negeri dan keyakinannya. Mereka justru ingin semakin membuktikan bahwa pandangan dan pemikiran keilmuannya juga demi kebaikan dan kebenaran sebagaimana yang mereka yakini. Hasil pandangan dan pemikiran mereka itulah yang banyak memberikan sumbangan pada kemajuan berbagai disiplin ilmu dan teknologi pada jamannya yang sebagian besar berkembang hingga sekarang. Dengan demikian mereka menjadi maju dan unggul menguasai teknologi, ekonomi dan politik dunia kini. (Foto: Monumen astronomi, Madinah)

Mereka meninggalkan dogma keyakinan dan memilih ilmu pengetahuan, walau kadang mereka harus mati karena pilihannya itu. Socrates (470-399 SM) yang dikenal sebagai bapak dan sumber ilmu etika atau filsafat dituduh oleh penguasa merusak generasi muda karena metode berfilsafatnya. Socrates adalah guru dari Plato (427-347 SM) filsuf besar dalam sejarah manusia. Socrates dihukum mati melalui proses peradilan resmi penguasa, dengan cara meminum racun sesuai keputusan pengadilan. Masih beruntung Aristoteles (384-322 SM) seorang filsuf besar mampu lari dari negerinya menghindari naas seperti Socrates. Walau akhirnya ia harus wafat di tempat pelariannya. Ia menulis berbagai ilmu Fisika, Metafisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran dan Ilmu Alam. Di bidang ilmu alam, dialah orang yang pertama mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis.

Galileo Galilei (1564-1642 M) adalah astronom, filsuf, dan fisikawan yang berperan besar dalam revolusi ilmu. Dia memberi banyak sumbangan keilmuan dalam penyempurnaan teleskop, observasi astronomi, dan hukum gerak (dinamika). Selain itu, Galileo juga dikenal sebagai pendukung Copernicus mengenai konsep peredaran bumi mengelilingi matahari. Pemikirannya tentang matahari sebagai pusat tata surya bertentangan dengan keyakinan gereja waktu itu bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Akibatnya Galileo dianggap merusak iman dan diajukan ke pengadilan gereja. Ia dihukum dengan pengucilan dalam tahanan rumah sampai meninggal dunia.


Jika mereka lebih memilih meninggalkan dogma keyakinan mereka demi ilmu pengetahuan, kita justru kadang rela meninggalkan ajaran agama demi mengejar kemubaziran (kesia-siaan dan ketidak-manfaatan). Itulah yang menyebabkan kegagalan memberikan manfaat dalam kehidupan alam ini. Bukankah ruh kita telah disumpah untuk bersaksi bahwa Allah sebagai Tuhannya, sehingga tidak ada alasan untuk mengingkari ajaran-NYA yang memberikan amanah kita sebagai khalifah yang bermanfaat untuk rahmatan lil alamin. Inilah yang membuat mundurnya esensi kebaikan dan kebenaran, dan dengan demikian tidak pernah mendapatkan sebenarnya manfaat dan keunggulan dunia dan akherat.

Juga ditegaskan dalam buku "Mengapa Kaum Muslimin Mundur" karangan Al-Amir Syakib Arsalan bahwa salah satu sebab tertinggalnya umat Islam karena gagal menemukan hal yang bermanfaat. Dari Abu Hurairoh ra, dia berkata bahwa Rosululloh SAW pernah bersabda: "Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya." (Diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya). Padahal jaman Nabi dan sahabat, Islam telah begitu maju menguasai bagian dunia, termasuk daerah Romawi dan Persia. Dalam ilmu pengetahuan, Ibnu Sina (Avicenna) dikenal sebagai Bapak Kedokteran Dunia. Juga ilmuwan Islam Al Khawarizmi mampu mengembangkan ilmu Matematika seperti Aljabar dan Algoritma yang dikenal sampai kini. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com)

No comments: