Monday, June 8, 2009

Jangan Seperti Lalat

Hiduplah seperti lebah, jangan seperti lalat! Memang dalam sebuah hadits, lebah dijadikan metafor bagi orang beriman. Lebah memakan sari bunga, dan mengeluarkan madu. Lebah juga tidak merusak atau mematahkan sesuatu yang dihinggapinya. Keberadaan lebah diharapkan, dan bahkan dibudidayakan, untuk memberikan manfaat bagi manusia. Tetapi lalat, keberadaannya selalu tidak diharapkan oleh manusia. Karena lalat mendatangkan penyakit. Lalat memakan makanan yang kotor dan mengeluarkan bau tidak sedap. Lalat banyak berkerumun dan berterbangan di tempat sampah.

Itulah pesan spiritual yang disampaikan KH. Duri Ashari, seorang ustadz terkenal dari Semarang, yang saya simak sekitar awal tahun ini di suatu acara tausiah sersan (serius tapi santai) di markas KBIH Mandiri, daerah Sumber, Solo. Sebagai pelengkap, Beliau juga menambahkan nasehat metafor serupa lainnya "Uripo koyo jeruk iso didum kanggo wong akeh lan ora nyereti ning gulu" (Berusahalah untuk hidup seperti buah jeruk, bagian-bagiannya bisa dibagi ke orang banyak, dan tidak membuat tenggorokan seret). Maknanya serupa, yaitu hidup harus bermanfaat bagi orang banyak dan selebihnya harus ikhlas; disini dikiaskan agar tidak membuat tenggorokan seret dan sulit ditelan.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menyatakan "Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain". Dan ini pula yang selalu dicontohkan dalam kehidupan Kanjeng Nabi bahwa sebagai manusia harus memberikan manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi orang lain. Inilah hebatnya pesan-pesan Kanjeng Nabi selalu memuat nilai spiritual universal. Pesan-pesan dunia sepanjang masa! Sampai kapanpun, siapapun orangnya di dunia ini perlu meneladani dan melakukan nilai universal ini. Namun hanya orang-orang yang telah tercerahkan dan penuh kasih pada sesamanya yang mampu dan tergerak melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia lain. Apakah dia orang miskin, orang kaya, pejabat, artis, pelajar, karyawan, wiraswastawan, dan sebut saja yang lainnya. Memberikan manfaat sesuai kapasitasnya, bukan malah menyusahkan orang lain atau mengambil hak-hak orang lain!

Ada dua kata kunci dalam frasa "bermanfaat bagi manusia lain" yang perlu diperjelas; "bermanfaat" dan "manusia lain" sebagai predikat dan obyeknya. Kata "bermanfaat" tidak bisa dipahami sebagai memberi sesuatu berupa material saja, tetapi juga mencakup immaterial. Ya, kedua-duanya, bisa berarti memberi manfaat berupa barang, tenaga, pikiran, semangat dan pengetahuan. Sedangkan kata "manusia lain" juga harus dipahami baik secara langsung maupun tidak langsung. Artinya memberikan manfaat secara langsung kepada manusia itu sendiri dan juga secara tidak langsung dengan menciptakan kondisi dan lingkungan yang bisa bermanfaat bagi manusia lain. Memang demikian, harus memahami maknanya secara menyeluruh.

Saya melihat masih semakna dan lihatlah contoh pengejawantahannya. Kesuksesan dalam hidup ini tidaklah bergantung pada apa yang anda dapatkan dalam hidup ini, namun bergantung pada apa yang anda perbuat bagi orang lain. "Success in life has nothing to do with what you are going in life or accomplish for yourself. It’s what you do for others" (Danny Thomas). Danny Thomas adalah seorang penyanyi, komedian, MC dan artis film terkenal di Amerika (1914-1991). Dia lahir di daerah peternakan kuda di Michigan dari keluarga imigran asal Libanon. Thomas mendirikan St. Jude's Research Hospital, sebuah rumah sakit yang didedikasikan untuk menyembuhkan penyakit anak-anak dan dibuka tahun 1990 di Memphis, Tennessee. (Pulung)

No comments: