![]() |
Diceritakan dalam bukunya dia berangkat menuju Blitar dari Kediri dengan menaiki kereta yang ditarik kuda. Selama di Kediri setelah menyeberangi sungai Brantes (Brantas) dengan perahu, William bertemu Residen Kediri yang waktu itu membawahi wilayah termasuk Blitar, dan juga sempat mengunjungi Salomanglain (Gua Selomangleng). Sesampai di Blitar, William terkesan dengan keindahan lingkungan alamnya. "The neighborhood is lovely, and the view of Kloet and Kresi forms quite a superb panorama". Bahkan dia menggambarkan dengan kosa-kata superlatif pemandangan gunung Kelud dan Krisik benar-benar membentuk super panorama.
Dari kotapraja Blitar, William melakukan perjalanan ke Penataran yang dia ceritakan berjarak sembilan paals (ukuran jarak batas desa). Di Penataran, dia melihat terdapat banyak makam raja-raja terdahulu yang dia katakan bernilai untuk dikunjungi. "From here it is but nine paals further to Panatharan, where are to be seen many tombs of old kings and chiefs ". Kedatangan William ini adalah 47 tahun setelah Candi Penataran ditemukan kembali oleh Sir Thomas Stamford Raffles tahun 1815, Gubernur Jenderal pemerintah kolonial Inggris yang pernah berkuasa di Nusantara. Kemudian candi Penataran mengalami pemugaran tahun 1917-1918.

Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar berjarak + 30 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari pusat kota Blitar. Secara umum topografi dan kontur desa Krisik berupa perbukitan, perkebunan dan persawahan dengan kisaran ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata 17- 20 derajat Celsius. Bisa dibayangkan desa Krisik Blitar memanjakan pengunjung dan penghuninya dengan keindahan gunung Kelud dan lembah perbukitan hijau, hamparan sawah nan subur, perkebunan yang sejuk, telaga nan jernih, petilasan candi yang bernilai sejarah, dan suhu udara nan sejuk. (Buku Life in Java bisa diunduh dari Google Book; Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)
No comments:
Post a Comment