Friday, May 21, 2010

Ringin Kurung Blitar

Ringin kurung di tengah alon-alon kota Blitar seolah menjadi primadona. Paling tidak jika dibandingkan dengan pohon beringin lainnya di pinggiran alon-alon. Ringin itu dikurung dengan pagar besi tinggi berwana kuning tembaga. Tinggi pagar hampir setinggi pohonnya. Pagar kurung rapat dengan rancangan besi dan memiliki pintu masuk dengan jalan berundak di keempat penjuru mata angin. Di bagian atas pagar terdapat lampu hias melingkari kurungan yang akan bersinar indah di malam hari. Orang Jawa menyebut pohon beringin dengan "ringin". Jadi ringin kurung itu pohon beringin yang diberi pagar di sekelilingnya, seperti dikurung. (Foto: Ringin Kurung, Alon-Alon kota Blitar).

Pohon beringin ini usianya mungkin sudah setua berdirinya kabupaten Blitar. Dan rasanya memang kurang lengkap kalau belum mendekati ringin kurung ini saat berkunjung masuk alon-alon. Untuk sekedar mengamati lebih dekat bentuk kurungannya serta relief-relief yang tertera di seputar tembok pondasi kurungan beringin. Atau bisa juga masuk ke dalam kurungannya. Relief itu berusaha menggambarkan potensi kekayaan alam dan produk andalan Blitar termasuk diantaranya relief gerombolan ikan koi, aktifitas masyarakat membuat kerajinan gendang dan barang gerabah, ibu-ibu pedesaan yang sedang mengolah hasil panen sawah, dan juga relief bangunan candi. Dan tentu ada relief Soekarno-Hatta saat membacakan teks proklamasi.

Ketika bocah saya kerap bermain di alon-alon melihat "bakul jamu" biasanya juga memainkan sulap untuk menarik calon pembeli. Waktu itu ada para penjual minuman tradisional di bawah Ringin Kurung. Minuman dawet yang dipikul oleh penjualnya ke alon-alon. Dawet dalam wadah kwali besar dari tanah liat dan dilengkapi irus (gayung kecil) pengambil dawet dari batok kelapa, bertangkai kayu berukiran gambar wayang. Di sebelahnya juga ada penjual minuman legen (nira kelapa) dalam bumbung-bumbung bambu besar dan panjang yang juga dipikul. Penjual es plered juga ada. Tentu terasa segar siang hari meneguk minuman tradisional itu sambil menikmati suasana alon-alon saat itu.

Kenapa Ringin ini dikurung? Jaman dulu menurut kepercayaan jawa tradisional, pohon beringin seringkali dianggap keramat sebagai suatu pohon besar tempat bersemayamnya mahkluk halus atau roh leluhur. Kepercayaan demikian itu bahkan kadang masih terlihat sampai sekarang dimana di beberapa daerah ada pohon beringin besar yang dikeramatkan dan dijadikan tempat untuk menempatkan sesaji. Orang-orang mendatanginya untuk menaruh harapan. Saya telah berusaha menanyakan kenapa ringin ini dikurung ke orang yang mungkin tahu alasannya. Tetapi jawaban yang saya dapatkan tidak ada hubungannya dengan kepercayaan mistis ini. Walau tak tertutup kemungkinan ada jawaban lain dari orang yang berbeda.

Terlepas dari nuansa mistis pohon beringin yang mungkin ada, menjaga pohon beringin tetap tumbuh sebenarnya mengandung suatu pesan yang bisa diajarkan yaitu menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Pohon besar beringin memberikan banyak oksigen, mengurangi efek pemanasan global, memberikan keteduhan sekitar, dan guguran daunnya menjadi pupuk bagi pohon lainnya. Sedang di dahan dan ranting pohon beringin yang rindang juga menjadi habitat dan sarang berbagai burung dan serangga. Memang pohon beringin menyimpan "kehidupan" dan memberikan sesuatu pada kehidupan lain. (Pulung Chahyono, http://pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahhoo.com)

No comments: