Model terkenalnya makanan daerah itu ada yang cenderung begini, di daerah asalnya tidak begitu terkenal tapi di daerah lain terkenal sekali. Seperti Bakso Solo sangat terkenal di Jakarta dan banyak daerah lain. Tapi kalau ke Solo lalu cari warung atau depot Bakso Solo sulit sekali bahkan tak akan menemukannya. Juga Masakan Padang yang populer di seluruh daerah nusantara, tapi sulit menemukan Restoran Masakan Padang di kota asalnya. Cukup banyak makanan daerah terkenal seperti itu. Menemukannya justru lebih mudah di daerah lain. (Foto: Pecel Ponorogo Hj. Boeyatin, Surabaya).
Pecel Ponorogo juga demikian, terkenal di Surabaya. Apalagi pecel Ponorogo Hj. Boeyatin, Jalan Ketabang Kali 15 Surabaya. Memang serupa pecel lainnya dari Jawa Timur; pecel Blitar, pecel Madiun, pecel Kediri atau lainnya. Nasi dengan beragam sayuran rebus yang disiram sambel pecel. Sayuran umumnya daun bayam, daun ketela, daun pepaya, kembang turi dan kecambah. Jenis lauknya di sini banyak tersedia; gorengan telur, tempe, tahu, daging, jerohan dan banyak lagi. Konon yang khas dari pecel Ponorogo Hj. Boeyatin adalah racikan bahan dan bumbu sambelnya.
Saat saya ke kota Surabaya, sepanjang perjalanan dari Bandara Juanda, dalam obrolannya saudara memberitahu tentang pecel Ponorogo Hj. Boeyatin ini. Awalnya dia tanya, “Suka pecel nggak?” Saya yakin dia tahu kalau saya suka pecel, wong saya berasal dari daerah endemik pecel. Belum sempat saya jawab, dia langsung menawarkan “Ada pecel enak disini, nanti saya tunjukkan tempatnya”. Ternyata memang mak nyuss! Selain ke saya, istri dan anak-anak saya, dia pasti juga pernah ceritakan pecel ini ke saudara lain yang berkunjung ke Surabaya.
Demikian terkenalnya sehingga banyak orang membicarakannya. Tanpa disadari sebenarnya mereka berperan mempromosikan Pecel Ponorogo Hj. Boeyatin. Promosi sukarela dalam obrolan. Bayangkan kalau ada seratus orang yang mengobrolkan pecel ini, dan setiap orangnya juga menyampaikannya kepada sepuluh orang. Berapa orang yang terekspos promosi sukarela pecelnya? Belum lagi kalau orang yang pernah diceritakan tentang pecel ini kemudian juga bercerita kepada orang lain lagi. Tambah banyak lagi yang terimbas.
Promosi gethok tular seperti itu ternyata lebih manjur. Orang akan cenderung menjadi tertarik secara sukarela. Karena penyampaiannya melalui obralan santai, diselingi obrolan ringan lainnya. Ini membuat mereka merasa tidak terinvensi seperti promosi formal umumnya. Volunteer marketing "gethok tular" merupakan strategi ampuh sebagai sarana pemasaran. Caranya? Cukup melayani setiap pembeli sehingga merasa puas, kemudian pembeli akan dengan sendirinya menularkan kepada sanak-keluarga, teman, tetangga, serta orang-orang yang mungkin. (Pulung Chahyono, http://pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)
2 comments:
Perbedaan semua pecel di Jawa Timur adalah sambal kacangnya. Yang terenak tentu saja adalah Pecel Madiun, itulah kenapa pecel di Ponorogo tidak begitu populer. Sedangkan yang saya suka di Ponorogo adalah Dawet Jabung (Dawet Ayu) dan Sate Ponorogo. Yang saya sebut terakhir ini yang paling mantab. :)
I2, iya begitu. Kalau saya di Solo yang terkenal itu ya pecel Madiun. Kalau ingin menikmatik pecel ya cari pecel Madiun :)
Post a Comment