Jalinan cinta memang bisa membuat indah kehidupan, dan demikian putusnya cinta dirasa seakan mencabut keindahan hidup, bahkan makna kehidupan. Mengapa seorang pencinta seringkali tak mampu bertahan menjalani hidup normalnya setelah putus cintanya? Kenapa seorang pencinta menjadi kehilangan semangat hidup sejak berpisah dengan kekasih yang dicintainya? Kenapa ia menjadi sangat sedih dan merana hidupnya karena ditinggalkan orang yang dicintanya? Pertanyaan-pertanyaan ini sudah setua peradaban manusia.
Perlu lebih bijak dan luas memahami jalinan dan putusnya cinta. Seorang yang memberikan seluruh hidupnya demi cintanya terhadap seseorang sesungguhnya ia telah meniadakan makna hidupnya sendiri. Sedih, kecewa, marah, senang, bahagia, dan semuanya hanya berkaitan dengan sebuah cintanya. Pencinta yang demikian akan merasa hidupnya hancur saat cintanya terputus. Namun jika cintanya itu hanya satu bagian saja dalam hidupnya akan mudah baginya bertahan setelah putus cintanya. Sayangnya puisi dan lagu tidak melukiskan cinta seperti itu sebagai cinta sejati.
Cinta sejati sering bermakna mempersembahkan seluruh hidupnya demi orang yang dicintainya. Ini justru cinta buta. Bangun, makan, bekerja, bercita-cita, berusaha, dan apapun dilakukan hanya untuk cintanya itu. Semua demi menghidupi cinta romantisnya. Maka ia akan serasa mati saat cintanya dikhianati dan diputuskan. Karena cintanya yang buta, seseorang takkan mampu hidup seharipun tanpa kekasih yang dicintainya, apalagi selama hidupnya. Pengkhianatan dan putusnya cinta sangat menyakitkannya, sampai bisa membunuh makna hidupnya.
Seorang pencinta yang dikhianati kekasihnya merasa sangat sulit, atau bahkan tak mungkin bisa, memahami mengapa kekasih mengkhianati dan memutuskan cintanya? Bukankah ia telah melakukan semua yang terbaik untuknya? Ini seperti ibu yang ditelantarkan anaknya. Bayangkan betapa berat dan susahnya seorang ibu yang berupaya membesarkan anaknya dengan segenap cintanya, merawat dan rela menderita demi melihat anaknya bahagia, namun ia malah ditelantarkan dan tak dihargai. Pencinta yang dikhianati akan merasakan yang sama seperti itu, atau bahkan lebih.
Adakah terapi bagi orang yang dikhianati cintanya? Tentu pertama harus kembali kepada Sang Maha Pencipta. Selalu berdoa meminta petunjuk dan pertolongan-Nya. Lalu perhatikan sebagian orang yang mengalami derita tak terbayangkan atau sakit yang sulit tersembuhkan, kemudian berusaha membantu meringankan beban hidup mereka. Lupakan dan abaikan penderitaan sendiri, perhatikan derita orang lain yang jauh lebih berat. Lakukan sesuatu untuk membuat dunia menjadi lebih baik. Inilah cara bertahan dari penghianatan dan putusnya cinta. (Diterjemahkan dan dikembangkan dari "How betrayed lovers can carry on?" by cdmohatta, http://www.articledestination.com; Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)
-
No comments:
Post a Comment