Sundul kendil, suatu permainan yang dulu biasa dilombakan di kampung dalam rangka HUT Kemerdekaan RI. Tanggal tujuh belas agustus, setiap tahun. Seperti lomba makan krupuk dan menggigit koin dari jeruk, lomba sundul kendil sangat menyenangkan dan menarik banyak penonton. Lucu dan menegangkan. Lucu dari tingkah peserta yang tidak terarah karena tertutup matanya. Menegangkan disaat peserta mampu mendekati kendil dan nyaris berhasil menyundul kendil dengan tongkat yang dibawanya.
Kendil-kendil digantung dengan tali di atas, menggantung pada palang bambu. Tingginya sekitar dua setengah meter dari permukaan tanah. Palang bambu disangga dua tiang bambu tegak di ujung kiri dan kanan. Semua kendil diisi air dan biasanya dicampur dengan bekatul, lumpur, atau bahan lainnya. Sehingga tidak hanya air di dalamnya. Ini akan memberikan sensasi yang lebih ketika kendil mampu disundul, pecah dan keluar isinya. Peserta yang berhasil menyundul kendil terguyur isi kendil.
Lomba dimulai dengan peserta berdiri dari jarak 10 meteran dari gantungan kendil. Berjajar sekitar lima orang atau sejumlah kendil yang tergantung. Mata mereka ditutup dengan kain yang diikatkan ke kepalanya. Mereka benar-benar tidak bisa melihat sekelilingnya. Selanjutnya para peserta berjalan ke arah kendil, yang sebelumnya masing-masing peserta diputar badannya beberapa kali sehingga lebih sulit menuju arah kendil. Diantara peserta bisa nyasar ke arah penonton di disekitarnya.
Permainan sundul kendil memiliki rules of game. Setiap peserta diberi tongkat kayu sepanjang 1 meteran. Kendil hanya boleh disundul dengan ujung tongkatnya dari bawah. Kendil tidak boleh dipukul dari samping. Peserta bisa menyundul sembarang kendil yang digantung. Penonton boleh berteriak memberi semangat, tetapi tidak mengarahkan peserta ke posisi kendil. Peserta yang berhasil menyundul kendil pertama kali adalah juara pertama, kemudian kedua dan ketiga selanjutnya yang berhasil menyundul kendil.
Juara sundul kendil justru basah kuyup dan kotor. Bahkan juara sundul kendil tidak hanya sekali berbasah kuyup, karena dia harus memenangkan babak penyisihan dan final tergantung banyaknya peserta. Hadiahnya tidak seberapa harganya, mungkin hanya sebuah sarung, payung atau jajanan warung. Untuk menjadi juara harus berusaha keras penuh semangat dengan tunduk pada rules of game dan berani menjadi basah kuyup dan kotor. Demikian juga mengisi jaman kemerdekaan Indonesia tercinta ini. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)
No comments:
Post a Comment