Baru saja berkonsentrasi melintasi rel kereta api, mak jenggirat saya kaget dan secara reflek menginjak rem sambil membanting setir ke kiri. Ujug-ujug kendaraan motor dari arah berlawanan mak sliut mengambil jalur di depan kendaraan saya, sebelum akhirnya dia kembali ke jalurnya. Ternyata dia berusaha menghindari barisan gundukan kejut yang melintang di jalan sebelum perlintasan rel kereta api. Syukurlah kendaraan kami tidak saling bersenggolan yang akibatnya mungkin tidak hanya kerusakan kendaraan tapi juga harus berobat ke rumah sakit karena cedera. Ini nyaris celaka! (Foto: Perlintasan kereta api, selatan perempatan Sekar Pace, Solo).
Bertujuan mengurangi kecepatan kendaraan yang akan melintasi rel kereta api, biasanya sebelum perlintasan dibuat gundukan-gundukan kejut melintang di atas jalan. Barisan gundulan kejut ini hanya sepanjang setengah badan jalan sebelah kiri dimana jalur kendaraan yang akan melintasinya. Memang ini cukup efektif agar pengguna jalan mengurangi kecepatan kendaraan ketika melintasi rel kereta api. Kalau tidak demikian, dia pasti akan njondhil-njondhil di atas kendaraannya. Terutama bagi mereka yang hobinya ngegas pol kendaraannya, ndak peduli di perlintasan rel kereta atau jalan lain yang mengharuskan kendaraan mengurangi kecepatannya.
Walau namanya gundukan kejut bukan berarti untuk membuat pengguna jalan terkejut, tetapi sebagai gundukan pengurangan kecepatan. Gundukan kejut, atau nama-nama lain yang semakna, merujuk istilah bahasa Inggris speed hump dan speed bump. Keduanya mirip berupa gundukan mblendhuk panjang melintang di atas jalan. Menurut Wikipedia, speed hump umumnya memiliki tinggi 7,5 - 10 cm dari permukaan jalan yang bertujuan untuk mengurangi kecepatan kendaraan menjadi antara 15 - 30 Km/jam. Semakin tinggi gundukan kejut, semakin lambat kecepatan kendaraan diharapkan. Sedangkan speed bump lebih agresif daripada speed hump dimana pengurangan kecepatan kendaraan menjadi 8 - 15 Km/jam dan bahkan menjadi nyaris berhenti, atau kemudian menjadi benar-benar berhenti.
Pembuatan gundukan kejut bisa jadi kontroversi. Terutama di jalan kawasan perumahan, gundukan kejut dibuat sendiri oleh warga dengan cor-coran semen. Mungkin mereka berpikir gundukan kejut lebih mujarab ketimbang sekedar tulisan "Kurangi Kecepatan, Banyak Anak Kecil", "Ngebut Benjut" atau bahkan gambar Tengkorak sekalipun. Jika satu rumah ada anak kecil dan orangtuanya merasa tidak aman karena lalu-lalang kendaraan, dia buat gundukan kejut di depan rumahnya. Trus juga rumah di sebelahnya dengan alasan lain. Demikian seterusnya, gundukan kejut itu bisa banyak menghiasi jalan. Dan karena dibuat oleh warga yang berbeda, ketinggiannya pun jadi berbeda-beda. Ada yang sampai bisa nggesrek bagian bawah kendaraan.
Balik maning ke insiden nyaris celaka di gundukan kejut perlintasan rel kereta api. Terlebih di perlintasan kereta api yang blong-blongan tanpa ada palangnya, dari berbagai penelitian gundukan kejut ini terbukti mampu mengurangi angka kecelakaan akibat kecepatan berlebih. Namun gundukan kejut harus dijaga selalu terlihat menyolok dicat kuning-hitam atau putih. Juga beberapa meter sebelumnya harus dipasang rambu peringatan akan adanya gundukan kejut. Tidak bermaksud mek mela-melu mengkontroversi gundukan kejut, kenyataannya kecelakaan juga terjadi akibat pengendara yang nglamun menjadi terkejut saat melintasi; atau orang yang mbregudul malah berusaha menghindari gundukan kejut. Hambok yao ketika melewati gundukan kejut jangan menghindar dan mengejutkan pengendara lain. (Pulung Chahyono, http://www.pulung-online.blogspot.com/, mitra_ulung@yahoo.com)
No comments:
Post a Comment