Sate Man Gullit

Semua ada jamannya. Seperti halnya dengan kuliner. Tidak ada kuliner yang sepanjang jaman populer dan digemari. Selalu ada naik-turun usaha kulinernya seiring jaman. Bahkan ada yang sampai turun dan tenggelam tidak mampu muncul lagi. Saat ini yang populer orang banyak membicarakan Sate Man Gullit di Sondakan, Laweyan, Solo. Saking larisnya buka pagi, seringkali siang tengah hari sudah habis dagangannya.

Saya hanya ingat sebagian di Solo, beberapa tahun lalu sebelumnya orang banyak pernah membicarakan sate Sumber, yang kemudian merebak beberapa cabangnya. Pernah populer juga sate Pak Manto yang terkenal dengan sate lada hitamnya dan juga tongseng masakannya. Saya juga pernah melihat ramainya sate Pak Brintik yang terkenal dengan rica-rica pedas kepala kambingnya.

Setelah diberitakan oleh seorang teman bahwa Sate Man Gullit saat ini tengah populer dan terkenal empuk daging sate kambingnya, rasanya perlu bertandang ke sana. Pagi itu saya ke sana. Benar juga warung sate pinggir jalan itu sudah begitu ramai pembeli. Samping warung telah penuh dengan motor-motor berjajar parkir. Mobil pembeli di parkir di sisi pinggir seberang jalan.

Saya masuk ke warung. Meja-meja nyaris penuh dengan para pembeli yang duduk menikmati sate kambing. Juga ada yang masih duduk menunggu pesanan. Saya mencoba mencari kursi yang masih kosong. Di meja pojok yang muat 6 orang, saya lihat masih tempati oleh 3 orang. Saya permisi untuk bisa duduk di kursi kosongnya setelah menyampaikan pesanan ke bakul sate.

Saya pesan sate dan tengkleng sekaligus. Memang cukup lama menunggu. Bahkan seorang wanita di depan meja saya terlihat sedikit gelisah pesanannya cukup lama belum diantar. Akhirnya pesanan tongseng saya diantar dulu ke meja. Saatnya merasakan dan benar empuk daging tengklengnya yang mudah lepas dari tulangnya saat dimakan. Satenya diantar dan memang juga empuk, Mak Nyus! (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)