Saya masih bisa merasakan jenang lebaran tahun ini di kampung. Enak tenan jenang kampungnya. Terasa kenyil-kenyil manis legit! Setelah beberapa lebaran sebelumnya saya ndak berkesempatan merasakannya. Seperti menemukan kembali jajanan lebaran yang hilang. Bisa saja saya termasuk sebagian kecil dari sekitar 20 juta pemudik yang bisa merasakan suguhan jenang saat lebaran tahun ini. Teringat puluhan tahun lalu selalu mudah merasakan jenang suguhan jajan lebaran di rumah-rumah kampung halaman. Jenang berwarna coklat dengan irisan khasnya memang menjadi suguhan semi-wajib saat lebaran dan slametan kala itu.
Rumah-rumah saat bakdan tahun ini, hampir seragam suguhan jajanan dan minumannya. Mirip toko jajanan. Paling jamak kue-kue kering, baik buatan home industry atau pabrikan. Yang buatan home industry sejenis nastar atau kastengel dalam wadah kanister plastik bening. Sedang buskuit dan craker buatan pabrikan berwadah kaleng bermerek Khong Guan, Regal, Monde, Nissin atau lainnya. Saat masuk mini market modern biasanya dipajang di bagian depan menjelang lebaran. Puding, agar-agar, permen, kue tango dan lainnya sering disuguhkan. Semuanya jelas enaknya dan tinggal pilih!
Minuman suguhan lebaran juga nyaris seragam, produk minuman pabrikan. Memang cukup ndak ribet menyuguhkannya. Hampir semua rumah menyediakan minuman kemasan yang ditata rapi atau bertumpuk di atas meja, sehingga tamu tinggal memilih dan mengambilnya. Sedotan juga sudah tersedia di dekatnya, jadi tinggal tusuk tutup minuman kemasan dan langsung sedot untuk menghilangkan haus atau sekedar ingin merasakannya. Suguhan minuman dalam kemasan gelas umumnya, diantaranya aqua, club, sari apel, ale-ale, frutang. Sesegar iklannya di televisi.
Sangu lebaran hampir diberikan di setiap rumah saat lebaran. Ini yang paling menarik bagi bocah-bocah. Uang sangu masih gress, baru digunting katanya, belum ada bekas lipatan sedikitpun. Bau uangnya juga khas uang baru. Uang baru ini diperoleh tuan rumah sebelum lebaran dengan menukarkan uang lama ke bank atau jasa penukaran uang yang menjamur di pinggir jalan. Nyaris ndak ada pecahan ribuan, minimal dua ribuan, lima ribuah atau puluhan ribu. Sangu diberikan tuan rumah kepada usia anak menjelang pamitan. Jadi bocah-bocah lebih berkantong tebal saat lebaran.
Suguhan irisan jenang berwarna coklat sebagai jajan lebaran memang kini semakin langka. Rasa manis jenang, konon simbol rasa syukur dan kesejahteraan. Tekstur jenang yang kenyal lengket diartikan rasa kesatuan dan kerukunan tamu dan dayohnya. Kerelaan membuat jenang yang cukup rumit dan melelahkan, bisa bermakna keinginan untuk memberikan yang terbaik buat dayohnya. Lebaran bisa terus berubah sesuai jamannya. Namun lebaran tetap bermakna diantaranya saling meneguhkan jalinan hubungan antar sesama yang harmonis. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)
-
No comments:
Post a Comment