Kalau sudah jamannya “lesehan” apa saja bisa dijadikan lesehan, dimana saja bisa jadi tempat lesehan, dan siapa saja dilesehkan. Ya begitulah, semuanya jadi serba lesehan. Lihat saja, setelah menjamurnya warung lesehan, restoran pun kini mulai melesehkan penikmat kulinernya. Sambil menunggu atau menikmati sajian kuliner, kaki bisa sambil slonjor, bersila atau gaya lain yang dianggap nyaman. Bahkan, ada yang glethakan saat menunggu kuliner disajikan, atau mungkin kekenyangan setelah menikmati makanan!
Model kuliner lesehan ini memang lagi jadi trend dan juga digemari oleh penikmat kuliner. Dimana-mana ada warung dan restoran lesehan. Lesehan itu ada di pinggir jalan, pinggiran sawah, dekat sungai, di atas kolam, di perkampungan, di tengah keramaian kota, dan tentunya banyak di tempat-tempat wisata. Jadi sekarang perlu menyiapkan pandangan agar nantinya nggak nggumun kalau ada sekolah lesehan, warnet lesehan, salon lesehan, kantor lesehan atau karaoke lesehan. Aneh ya?
Minggu pagi itu saya berjalan keluar rumah mencari sarapan. Keluar jalan gang terlihat beberapa pedagang makanan ramai melayani pembelinya. Ada tahu kupat, nasi pecel, soto daging, dan lainnya. Mereka memakai rombong jualan beroda sehingga bisa segera dipindahkan saat telah habis makanan jualannya. Ada yang baru, masing-masing pedagang menyediakan tikar yang digelar di dekat rombong jualan makanannya. Tikar itu tempat lesehan pembelinya sambil cooling down setelah melakukan kegiatan jogging minggu pagi mengelilingi hutan kampus UNS Kentingan.
Diantaranya penjual tahu kupat di dekat halte bis pinggir jalan antarkota. Penjual itu menggelar tikar lesehannya di samping halte bis. Jadi kalau tikarnya penuh orang duduk, bisa saja duduk di tempat duduk yang terdapat di halte bis. Samping kiri dan kanan halte bis itu dulu adalah taman pinggir jalan. Awalnya memang asri ada rumput hijaunya dan tentu tanaman taman kota. Kini rumput dan tanaman itu telah hilang ludes mati karena terinjak-injak orang yang lalu lalang atau sedang menunggu bis. (Foto: Penjual Tahu Kupat, depan Kampus UNS Surakarta).
Memang kuliner lesehan berkesan bersahabat dan membumi. Mungkin dengan alasan itulah banyak pedagang kuliner menyediakan tempat lesehan bagi pembelinya. Namun sebaiknya tempat lesehan juga perlu mempertimbangkan tempat yang digunakan lesehan nyaman dan aman terhadap lalu-lintas atau kondisi lingkungannya. Kuliner lesehan kini memang telah jamak adanya dan mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi penikmatnya. Terlihat lebih santai. (Pulung Chahyono, http://www.pulung-online.blogspot.com/, mitra_ulung@yahoo.com)
No comments:
Post a Comment