Setelah sampai langsung mereka melepas baju dan celana di pinggir sungai. Baju dan celana lalu disampirkan saja ke dahan pohon terdekat atau diumbrukan di atas batu yang cukup besar. Lalu mencari permukaan yang paling tinggi melompat dan terjun ke air. Juga ada yang meluncur dari lereng sungai langsung mencebur ke air. Itu pemandangan dulu cara anak kampung menikmati bermain air ambil mandi di sungai. Mereka juga bermain dengan menaiki sampan batang pisang di air. Biasanya di tempat agak dalam di tikungan sungai atau di bawah bendungan sungai. Mereka sebenarnya lebih menikmatinya sebagai permainan air daripada mandi. (Foto: Pemandian "Sumber Udel" Blitar)
Kemudian mereka mulai mencoba kolam ikan sebagai tempat bermain air yang lain. Biasanya ini kolam ikan tradisional yang terdapat di sekitar pinggiran sungai atau dekat surau kampung. Sambil membawa sarung untuk digelembungkan dengan melompat dan terjun ke air kolam. Sepertinya mereka di kolam lebih banyak permainan yang bisa dilakukan sambil mandi. Air kolam yang tidak deras mengalir seperti sungai mendukung permainan mereka. Mereka bisa bermain ciblon dan cipratan air, saling tangkap di air, adu lama menyelam di bawah air, atau adu jauh melompat ke air dari pinggir kolam.
Semakin lama anak-anak kampung mulai mengenal kolam renang dan pemandian yang sebenarnya. Di sini mereka harus membayar uang untuk bisa bermain air dan berenang. Tempatnya mungkin sudah agak jauh dari perkampungan rumah. Mereka naik sepeda atau berjalan kaki yang cukup melelahkan. Kolam renang seperti ini telah menyediakan tempat ganti pakaian, tempat menyimpan baju dan tempat jajan jika lapar atau haus saat atau sesudah mandi. Walau mungkin masih sederhana kolam renangnya waktu itu. Di kolam renang tersedia papan loncat, tempat seluncuran, ban karet untuk mengapung, bola untuk bermain atau membawanya sendiri dari rumah.
Kini sarana permainan air telah berkembang menjadi "water park". Kolam renang tradisional harus mengikuti kemajuan bertransformasi menjadi wisata air dengan melakukan berbagai renovasi, peningkatan dan penambahan sarana hiburan air. Sarana pendukungnya juga harus dirombak seperi tempat parkir, kantin, taman bermain dan pemandangannya menjadi menarik bagi pengunjungnya. Sarana water park umumnya adalah tempat seluncuran dengan berbagai variasi dan kemiringan, ada pancuran air, ada aliran deras air, guyuran air, juga permainan lain yang menarik, sampai sarana petualangan air maupun gelombang buatan.
Permainan air terus berevolusi sejalan kemajuann teknologi dan meningkatnya tingkat ekonomi masyarakat. Bedanya dulu semua anak bisa menikmati bermain air di sungai dan kolam. Lalu ketika harus membayar untuk menikmati permainan air yang lebih modern dan menarik menjadi tidak semuanya mampu menikmati. Kini mulai terlihat kembali remaja dan anak diperkenalkan dengan alam yang dulu pernah menjadi sarana bermain air orangtuanya. Mereka harus mengikuti kegiatan "outing" ke alam. Mereka pergi jauh ke pelosok desa atau kaki perbukitan untuk bisa menikmati alam permainan air yang masih bersih. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)
Kemudian mereka mulai mencoba kolam ikan sebagai tempat bermain air yang lain. Biasanya ini kolam ikan tradisional yang terdapat di sekitar pinggiran sungai atau dekat surau kampung. Sambil membawa sarung untuk digelembungkan dengan melompat dan terjun ke air kolam. Sepertinya mereka di kolam lebih banyak permainan yang bisa dilakukan sambil mandi. Air kolam yang tidak deras mengalir seperti sungai mendukung permainan mereka. Mereka bisa bermain ciblon dan cipratan air, saling tangkap di air, adu lama menyelam di bawah air, atau adu jauh melompat ke air dari pinggir kolam.
Semakin lama anak-anak kampung mulai mengenal kolam renang dan pemandian yang sebenarnya. Di sini mereka harus membayar uang untuk bisa bermain air dan berenang. Tempatnya mungkin sudah agak jauh dari perkampungan rumah. Mereka naik sepeda atau berjalan kaki yang cukup melelahkan. Kolam renang seperti ini telah menyediakan tempat ganti pakaian, tempat menyimpan baju dan tempat jajan jika lapar atau haus saat atau sesudah mandi. Walau mungkin masih sederhana kolam renangnya waktu itu. Di kolam renang tersedia papan loncat, tempat seluncuran, ban karet untuk mengapung, bola untuk bermain atau membawanya sendiri dari rumah.
Kini sarana permainan air telah berkembang menjadi "water park". Kolam renang tradisional harus mengikuti kemajuan bertransformasi menjadi wisata air dengan melakukan berbagai renovasi, peningkatan dan penambahan sarana hiburan air. Sarana pendukungnya juga harus dirombak seperi tempat parkir, kantin, taman bermain dan pemandangannya menjadi menarik bagi pengunjungnya. Sarana water park umumnya adalah tempat seluncuran dengan berbagai variasi dan kemiringan, ada pancuran air, ada aliran deras air, guyuran air, juga permainan lain yang menarik, sampai sarana petualangan air maupun gelombang buatan.
Permainan air terus berevolusi sejalan kemajuann teknologi dan meningkatnya tingkat ekonomi masyarakat. Bedanya dulu semua anak bisa menikmati bermain air di sungai dan kolam. Lalu ketika harus membayar untuk menikmati permainan air yang lebih modern dan menarik menjadi tidak semuanya mampu menikmati. Kini mulai terlihat kembali remaja dan anak diperkenalkan dengan alam yang dulu pernah menjadi sarana bermain air orangtuanya. Mereka harus mengikuti kegiatan "outing" ke alam. Mereka pergi jauh ke pelosok desa atau kaki perbukitan untuk bisa menikmati alam permainan air yang masih bersih. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)
1 comment:
Terimakasih infonya, sangat menarik https://bit.ly/2oY9QVY
Post a Comment