Tradisi mbecek dilakoni masyarakat kampung sejak dulu secara turun-temurun. Suatu kegiatan dengan mendatangi dan memberikan bantuan berupa bahan makanan; beras, gula, dan sejenisnya kepada keluarga, tetangga atau kenalan yang memiliki hajat pernikahan atau khitanan. Bantuan bahan makanan biasanya diberikan oleh kaum wanita, sedang para laki-lakinya berupa uang. Pada dasarnya tradisi mbecek bertujuan sama seperti kegiatan gotong-royong lainnya seperti sayan memperbaiki rumah atau kerja bakti membuat jembatan, yaitu saling membantu secara moril maupun materiil. Tradisi ini masih ada kentara terutama di komunitas desa.
Masyarakat kota lebih menyebutnya dengan resepsi untuk kegiatan becekan seperti itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, resepsi adalah pertemuan dan perjamuan resmi yang diadakan untuk menerima tamu (pada pesta perkawinan, pelantikan). Memang sami mawon dengan becekan, acara berkumpul saling bertemu, bersalaman dan menikmati hidangan makan dan minum bersama dalam suatu hajatan. Juga tamu yang diundang datang dalam resepsi ini bertujuan membantu secara moril dan materiil. Secara prinsip, resepsi masih bisa memiliki unsur gotong-royong. Wujud bantuan materiil mereka lebih bukan berupa barang tetapi uang, baik oleh para kaum wanita maupun laki-laki.
Saat mudik lebaran waktu lalu, saya berkesempatan melakoni kedua tradisi mbecek dan resepsi di dua daerah dan waktu yang berbeda untuk hajat pernikahan. Tradisi mbecek ada di daerah perbukitan selatan kabupaten. Saya duduk di kursi undangan yang tertata berbaris tepat berada di depan rumah shohibul hajat yang disediakan untuk tempat duduk seluruh tamu undangan yang dinaungi dengan terop. Sedangkan resepsi diadakan di suatu gedung serbaguna di tengah kota. Ada dua baris kursi undangan disediakan di bagian pinggir ruangan yang dihias mewah. Namun jumlah kursinya tidak seimbang dengan jumlah undangan yang datang karena resepsi ini diadakan dengan konsep standing party.
Dalam acara becekan dan resepsi itu para tamu undangan sama-sama diberi hiburan. Bentuk hiburannya cukup berbeda. Para tamu undangan dalam acara becekan waktu ini dihibur dengan lagu-lagu campursari yang terdengar dari pengeras suara yang terletak tidak jauh dari para tamu undangan. Dan saat lagu-lagu dari kepingan kaset telah habis, penjaga sound system langsung menggantinya dengan kepingan kaset lainnya. Sedangkan acara resepsi di gedung serbaguna dihibur oleh live music dengan pemusik dan penyanyi berpenampilan menarik, dipandu oleh seorang Master of Ceremony.
Perjamuan makan dan minum di acara becekan dilayani para sinoman yang mendatangi tamu undangan di kursinya. Di acara resepsi para undangan mendapatkan jamuan makan dan minum dengan self-service prasmanan dan sebagian menu lain dilayani oleh juru boga. Menunya? Ya, tentu cukup berbeda. Cara menikmati menunya? Berbeda juga lah. Dalam tradisi mbecek tamu undangan menikmati jamuan dengan duduk di kursinya masing-masing, dan di resepsi standing party, menu jamuan bisa dipilih dengan berjalan dan dinikmati sambil berdiri. Disadari atau tidak, nilai dan adab makan dan minum telah bergeser dari becekan ke resepsi standing party. (Pulung Chahyono, http://www.pulung-online.blogspot.com/, mitra_ulung@yahoo.com)
-
No comments:
Post a Comment