Waktu itu, tiga tampah berwarna dasar putih ditulisi angka warna merah dan hitam di tengahnya masing-masing 8-17-45 dan dipasang di tiang gapura kiri. Tiga tampah lainnya ditulisi 8-17-Angka Tahun dipasang di tiang gapura kanan. Gapura didirikan dengan dua tiang bambu di masing-masing kakinya. Juga dua potong bambu untuk palang atas gapura. Semua potong bambu dihaluskan ruasnya dan dicat putih. Di antara dua palang atas dipasang lembar anyaman bambu berulisan "Dirgahayu HUT Kemerdekaan RI". Gapura dihias rumbai-rumbai janur kuning, juga gambar atau hiasan lain yang mampu dibuat.
Gapura berdiri tepat diantara dua tugu gawangan depan setiap rumah. Tugu ini terbuat dari tembok batu-bata, di sebelah kiri bertuliskan angka timbul 17 dan tugu sebelah kanan bertuliskan 45. Berwarna dasar putih dan tulisan angkanya berwarna merah. Di samping tugu bersambung pagar bambu yang telah diperbaharui rapi. Pagar bambu yang umum untuk memisahkan antara jalan dan pekarangan. Tiang pagar berjarak seragam, dengan bilah bambu pagar palang atas, tengah dan bawah. Masih dilengkapi dengan palang melintang agar pagar lebih kuat. Cat pagar putih, bersih dan sedikit memantulkan sinar jika terkena cahaya.
Demikian rasa syukur dan bangga atas kemerdekaan negeri diujudkan dengan segala kepunyaan dan kebisaan terbaik. Semuanya disiapkan dan dibuat selesai awal bulan Agustus setiap tahun. Dari barang dan bahan sederhana yang bisa dimiliki. Bambu terlurus yang ditebang dari ujung pekarangan belakang rumah. Tampah diambil dari dapur dan nantinya digunakan lagi. Cat putih dari batu gamping yang telah lama kami rendam. Cat hitam terbuat dari isi baterai bekas yang sengaja disisihkan. Sedang janur kuning dari pohon kelapa yang dipanjat di kebun. Tali-temali gapura yang kuat dari bilah tipis bambu.
Rumah sederhana juga ikut berhias. Selain hiasan rumbai janur kuning, dihias dengan jalinan pita merah putih. Dibuat sendiri dari kertas minyak, dipotong dan saling menempelnya dengan lem kanji yang juga dibuat sendiri dari rebusan tepung ketela. Pita merah-putih dihiaskan melengkung-lengkung rapi sepanjang teras rumah sederhana. Sebagian kertas minyak merah-putih juga dibuat untuk hiasan seperti rantai. Kemudian beberapa rantai hias ini digantung dalam jarak tertentu di teras rumah. Gantungan rantai kertas merah-putih ini terlihat mengayun dan berputar diterpa angin.
Itulah kami di kampung saat menyambut HUT Kemerdekaan. Mungkin saja kami terlihat miskin. Tapi bukan berarti kami miskin rasa syukur atas kemerdekaan ini. Semuanya itu hanya mewakili kesederhanaan hidup kami. Kami yakin kemerdekaan ini adalah berkah Gusti Allah yang harus disyukuri. "Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya". (Preambule UUD Negara Republik Indonesia 1945, alinea ke-3). Tidak pernah menuntut, kami mengisi kemerdekaan dengan kerja keras kami di kampung. Salam kemerdekaan. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)
-
No comments:
Post a Comment