Sepanjang sejarah perkembangan peradaban manusia, perbedaan selalu menjadi alasan utama tumbangnya suatu peradaban yang telah susah-payah dibangun. Betapa peradaban besar dunia yang pernah ada kini hanya tinggal cerita. Lihatlah jaman kerajaan di Nusantara yang silih berganti saling menakhlukkan. Jaman dinasti-dinasti Cina yang saling hancur dan tumbuh. Jaman kaisar-kaisar Eropa maupun jaman khalifah-khalifah Timur Tengah yang juga saling menakhlukan, terpecah dan menggantikan. Dan sekarang kita hanya bisa melihat sisa-sisa kejayaan peradabannya saja!
Perbedaan adalah kodrat alam. Perbedaan muncul mulai pribadi, keluarga, kelompok, suku, ras, dan bangsa. Perbedaan akan selalu ada dalam ekonomi, politik, agama, sosial dan budaya. Dan perbedaan pasti akan ada karena pengaruh kekayaan alam, cuaca, geografi, dan topografi. Kita pasti berbeda karena keturunan, status ekonomi, jabatan, golongan dan kepentingan. Namun kadang perbedaan ini dikemas dalam bentuk kekuasaan, kekuatan dan dominasi sehingga yang berkuasa, kuat dan dominan berusaha menguasai, melindas dan mendominasi mereka yang berbeda.
Perbedaan adalah anugerah ciptaan-NYA! Kita harus bercermin dari runtuhnya berbagai peradaban dunia karena pertentangan perbedaan yang terjadi dalam sejarah manusia. Kita harus memahami bahwa memang kita tidak sama, dan tidak harus sama! Disamping pemahaman kodrat perbedaan hardware manusia, yang penting juga perbedaan software manusia; pikiran, pendapat dan keyakinan. Bahkan para pendiri negara inipun justru merumuskan perbedaan ini sebagai potensi bangsa dalam slogan yang dicengkeram Burung Garuda, Lambang Negara: "Bhinneka Tunggal Ika" (berbeda-beda dalam kesatuan). Dalam arti luas tentunya slogan ini harus dipahami sebagai kebhinekaan yang mencakup hardware dan software manusia.
Saya bersyukur bisa mencicipi dan melihat indahnya perbedaan. Dimana berbagai suku dan ras manusia saling mengenal dan bekerja bersama di Tembagapura. Mereka dari suku-suku setempat baik suku pantai maupun gunung, suku-suku pendatang dari berbagai kepulauan Nusantara, dan bangsa-bangsa dari berbagai negara dan benua. Berusaha saling mengasah kepekaan lintas budaya (cross cultural sensitivity) agar terbebas dari prasangka (prejudice) dan prakonsepsi (preconception) terhadap budaya lain. Saling toleran, memahami dan menghargai keberagaman tradisi, adat dan budaya masing-masing. "Tolerance, inter-cultural dialogue and respect for diversity are more essential than ever in a world where peoples are becoming more and more closely interconnected." (Kofi Annan, Former Secretary-General of the United Nations)
Manusia memang diciptakan berbeda-beda bangsa dan suku. "Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal." (Q.S. Al Hujurat [49]:13). Perbedaan adalah anugerah indah yang diciptakan Gusti Allah. Seandainya semuanya sama, tentu dunia ini akan membosankan. Dan Gusti Allah memerintahkan semua manusia ciptaan-NYA untuk saling mengenal. Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang menjalankan perintah-NYA. (Pulung)
-
1 comment:
Lulus sudah enjadi ustadz yang fasih Bahasa Inggris dan tetap menjadi nasionalis yang sejati, meski di rantau banyak terbisik berisik adanya kesenjangan akibat perbedaan yang emang ada, tapi netralitas sebagai seorang mubaligh dalam membawa agama yag menurut mereka baru, karena datangnya belakangan. Hotbah ini sangat cocok didengungkan di masjid-masjid di situ kawan, bagus sekali dengan latar belakang yang harmonis engkau sebagai muslim yang paham sejarah dan mengakui adanya perbedaan.
Post a Comment