Seiring banyaknya petaka dan bencana alam yang terjadi di negeri ini dan juga isu global warming, pedoman hidup leluhur kita ini kian terasa semakin relevan. Kita sering dikejutkan dengan terjadinya tanah longsor, banjir bandang, sungai meluap, kekeringan, kebakaran hutan dan lainnya. Setiap musim seolah membawa petaka! Dan ini selalu menimbulkan kerugian harta-benda dan juga korban jiwa yang tiada terkira. Bahkan apalagi setelah itu? Manusia sibuk dengan pendapat dan respons yang penuh dengan kepentingan bias dan segmental. Terus saja alam ditelantarkan merana, meradang, tanpa pernah ada yang peduli.
Secara literal Hamemayu Hayuning Bawono berarti menjaga bumi tetap indah (hayu) dan makmur (rahayu). Secara kontekstual adalah sikap dan perilaku manusia yang selalu mengutamakan keseimbangan dan keserasian antar sesama manusia maupun dengan alam. Hamemayu Hayuning Bawono juga mengandung makna pesan spiritual agar manusia selalu memelihara, melindungi, menjaga keseimbangan serta kelestarian alam, dan secara implisit dalam kata hamemayu bahwa manusia tetap bisa memanfaatkan alam dan berinteraksi aktif dengannya tanpa harus mengorbankan alam itu sendiri.
Pedoman hidup ini selalu ditanamkan oleh leluhur ke anak-cucunya. Para orangtua leluhur mengajari menanam tumbuhan bermanfaat di pagar dan batas tegalan bukan tembok tinggi, memelihara tanaman sayuran di pekarangan bukan mengecornya dengan semen, menanam pohon kayu "taun" keras tidak menebang dan menjual habis ke penggergajian kayu, menjaga sungai tidak membuntunya dengan sampah, menyapu jalan depan rumah di pagi buta agar bersih dan nyaman bagi pengguna jalan, dan "mengeramatkan" (untuk menjaga) sumur dan sumber air bukan mengotori dan mengeringkan sumber kehidupan ini. Mungkin ini terdengar aneh sekarang.
Ketika manusia senantiasa menjaga keseimbangan alam dan memelihara lingkungannya, maka alam dan lingkungannya pun akan menjadi tetap indah dan lestari. Alam yang indah dan lestari akan memberikan keselamatan serta kemakmuran bagi penghuninya karena alam akan memberikan yang terbaiknya. Manusia akan hidup tenteram, tidur dan bagun dalam kenyamanan, mendapatkan air bening, makanan dan buah-buahan yang segar berlimpah, membangun keluarga dalam keteduhan, membesarkan anak keturunan dengan selamat, serta berhubungan dengan manusia lainnya dalam kedamaian.
Falsafah hidup leluhur Hamemayu Hayuning Bawono bermakna spiritual tinggi dan sarat dengan pesan keharmonisan manusia dan alam, sebagaimana juga dalam ajaran agama dan budaya yang luhur. Jika ini terwujud, tiada lagi petaka dan bencana. Semua petaka dan bencana alam tidak pernah akan menyentuh kehidupan manusia. Sungguh, alam yang indah dan seimbang inilah yang senantiasa wajib dipelihara dan dijaga manusia. Kalau tidak? Alam sendirilah yang akan memaksa menyeimbangkan dirinya yang seringkali lebih menyengsarakan manusia itu sendiri! (Pulung)
Secara literal Hamemayu Hayuning Bawono berarti menjaga bumi tetap indah (hayu) dan makmur (rahayu). Secara kontekstual adalah sikap dan perilaku manusia yang selalu mengutamakan keseimbangan dan keserasian antar sesama manusia maupun dengan alam. Hamemayu Hayuning Bawono juga mengandung makna pesan spiritual agar manusia selalu memelihara, melindungi, menjaga keseimbangan serta kelestarian alam, dan secara implisit dalam kata hamemayu bahwa manusia tetap bisa memanfaatkan alam dan berinteraksi aktif dengannya tanpa harus mengorbankan alam itu sendiri.
Pedoman hidup ini selalu ditanamkan oleh leluhur ke anak-cucunya. Para orangtua leluhur mengajari menanam tumbuhan bermanfaat di pagar dan batas tegalan bukan tembok tinggi, memelihara tanaman sayuran di pekarangan bukan mengecornya dengan semen, menanam pohon kayu "taun" keras tidak menebang dan menjual habis ke penggergajian kayu, menjaga sungai tidak membuntunya dengan sampah, menyapu jalan depan rumah di pagi buta agar bersih dan nyaman bagi pengguna jalan, dan "mengeramatkan" (untuk menjaga) sumur dan sumber air bukan mengotori dan mengeringkan sumber kehidupan ini. Mungkin ini terdengar aneh sekarang.
Ketika manusia senantiasa menjaga keseimbangan alam dan memelihara lingkungannya, maka alam dan lingkungannya pun akan menjadi tetap indah dan lestari. Alam yang indah dan lestari akan memberikan keselamatan serta kemakmuran bagi penghuninya karena alam akan memberikan yang terbaiknya. Manusia akan hidup tenteram, tidur dan bagun dalam kenyamanan, mendapatkan air bening, makanan dan buah-buahan yang segar berlimpah, membangun keluarga dalam keteduhan, membesarkan anak keturunan dengan selamat, serta berhubungan dengan manusia lainnya dalam kedamaian.
Falsafah hidup leluhur Hamemayu Hayuning Bawono bermakna spiritual tinggi dan sarat dengan pesan keharmonisan manusia dan alam, sebagaimana juga dalam ajaran agama dan budaya yang luhur. Jika ini terwujud, tiada lagi petaka dan bencana. Semua petaka dan bencana alam tidak pernah akan menyentuh kehidupan manusia. Sungguh, alam yang indah dan seimbang inilah yang senantiasa wajib dipelihara dan dijaga manusia. Kalau tidak? Alam sendirilah yang akan memaksa menyeimbangkan dirinya yang seringkali lebih menyengsarakan manusia itu sendiri! (Pulung)
1 comment:
Wong-wong jane ditontonke foto-foto menarik ning Tembagapura. Ojo lali, soale foto-foto ning kono langka.
Post a Comment