Saturday, February 27, 2010

Turk Bufesi

Tulisan "TURK BUFESI" itu terbaca di papan stainless sebuah toko di kompleks pertokoan belakang Masjid Nabawi, Madinah Al-Munawwarah. Dari unsur kata "bufe" mungkin tulisan itu artinya toko makanan Turki. Memang toko ini menjual berbagai minuman dan makanan. Toko ini berada diantara toko lain yang menjual berbagai peralatan sholat dan barang souvenir. Cukup mudah ditemukan karena toko ini selalu terlihat berjubel pembeli yang antri membeli makanan atau minuman. Toko sejenis bisa ditemui di beberapa tempat sekitar Masjid Nabawi. Penjaga toko bertopi putih kelihatan sibuk melayani pembeli. (Foto: Turk Bufesi, belakang Masjid Nabawi, Madinah).

Setiap minuman dan makanan yang ditawarkan di toko ini sangat menarik dinikmati. Yang khas dari toko ini adalah roti bulat-lonjong (seperti hotdog bun) berisi daging dan rempah. Di meja bagian depan toko ini terlihat daging ayam yang disusun bertumpuk-tumpuk melingkari poros besi yang bisa berputar. Di sisi dalam terdapat elemen listrik yang selalu membara untuk memanggang daging agar masak dan tetap panas. Diantara lapis-lapis tumpukan daging terdapat lemak yang sekaligus sebagai pelezat dan perekat diantara tumpukan daging. Di beberapa toko kadang hanya menyajikan satu jenis daging saja, namun ada toko yang menyajikan sekaligus daging ayam dan daging sapi.

Meramu makanan ini diawali dengan mengiris tipis-tipis dengan pisau di sisi luar susunan daging. Bergantian diiris di sisi lainnya agar susunan daging ini selalu berbentuk simetris tirus merata. Diameter lingkaran kecil di bagian bawah susunan daging dan besar di bagian atasnya. Bentuknya bagus terlihat! Irisan-irisan tipis daging yang jatuh di meja bawahnya dicampur dengan rempah dan sayuran (sejenis salad). Lalu sedikit dicacah dengan pisau agar potongannya tidak terlalu besar. Lalu disiapkan roti bulat-lonjong dan dibelah di tengahnya menjadi dua bagian. Campuran daging, rempah dan sayuran ini kemudian dimasukkan ke bagian tengah roti dan dibungkus kertas tissue.

Sungguh lezat rasanya! Harganya bisa 4 atau 5 real tergantung dari isi dagingnya apakah daging ayam atau sapi. Saat itu 1 real setara dengan sekitar 3 ribu rupiah. Umumnya para jamaah haji membeli dan membawanya pulang ke pondokan atau menikmatinya di sekitar toko. Sebagai pelengkap nikmatnya makanan ini, mereka juga membeli segelas minuman dari toko yang sama. Selalu saja toko sejenis ini banyak dikunjungi pembeli dan terlihat berkerumun di sekitarnya. Terutama di pagi hari setelah usai menunaikan sholat subuh atau malam hari setelah sholat isya' ketika jamaah dalam perjalanan pulang dari masjid Nabawi menuju pondokannya.

Sejarah kejayaan kesultanan Ustmani Turki yang pernah menjadi pusat peradaban Islam ternyata telah memberikan nuansanya di Madinah, termasuk makanannya. Dan masakan Turki ini menjadi menu yang umum dinikmati pemukim Madinah yang cukup hiterogen. Memang sejak awal-mula Madinah, banyak pendatang dari daerah dan negara sekitar tertarik menetap di Madinah karena kesuburan tanah dan kurmanya serta perkembangan kotanya yang pesat sebagai pusat perdagangan. Masakan Turki ini pun suatu saat terlihat dinikmati para pemukim sambil duduk beralas karpet dekat "Turk Bufesi" diterangi indahnya sinar lampu malam selepas sholat isya'. (Pulung Chahyono,
www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)

Saturday, February 13, 2010

Terdakwa di Siang Bolong

Siang itu sekitar jam 12:00 saya makan siang di rumah sebagaimana hari-hari biasanya. Setelah selesai makan siang yang disiapkan istri, sesekali saya ngobrol dengan anak terkecil saya yang asyik bersama mainannya. Saat itu saya masih duduk di kursi makan ketika nada dering telepon genggam saya berbunyi: "Tut tat tit tut tat tut tut…" Saya lihat ada panggilan dari nomor telepon seluler dan tidak terdapat namanya di layar telepon saya. Nama penelpon belum masuk di daftar kontak telepon. Saya penasaran ingin mengetahui siapa yang menelpon. Mungkin kenalan saya yang telah mengganti nomor telepon?

"Pak Dani, motor saya sudah selesai saya bawa ke bengkel... " terdengar jauh suara dari penelpon setelah saya pencet tombol terima telepon. Byuh, saya dipanggil dengan nama lain. "Maaf Bapak mungkin salah sambung, nama saya Pulung" saya berusaha menjawab dan menjelaskan nama saya bukan seperti yang dia sebutkan. Saya tunggu beberapa saat tetapi tak ada suara balasan yang terdengar. Saya berpikir penelpon telah menyadari bahwa dia telah salah tekan nomor telepon. Setelah sambungan telepon berhenti, saya memasukkan telepon genggam ke dalam saku baju. No problem, beberapa kali saya pernah menerima salah-telepon. Dan saya pun juga pernah salah menekan nomor telepon.

Setelah 1 jam beristirahat siang di rumah, saya keluar untuk berangkat melanjutkan kerja mencari nafkah. Sampai di tempat kerja saya langsung sibuk dengan pekerjaan harian di dalam dan luar tempat kerja. Sore hari saya meninggalkan tempat kerja dan pulang kembali ke rumah. Setelah makan malam, sambil leyeh-leyeh glethakan saya buka telepon. Saya ingin membaca berita terkini dari detik.com seperti biasa saat waktu senggang. Tertarik membaca booming berita yang laris-manis dibahas media saat ini! Namun saya lebih dulu lihat ada SMS di inbox telepon dan belum terbaca. Saya merasa tidak mendengar nada SMS masuk, mungkin waktu sibuk dengan pekerjaan. SMS pun saya buka.

Weladalah… agak kaget saya membaca isi SMS yang telah dikirim jam 13:34 siang. Saya berusaha memahami kata demi kata secara perlahan: "Pak dani sampean nda ush brkelit mdh2an bpk mrsakn apa yg tlh saya alami jd bpk tau gmn rasax jth dri mtr bknkh bpk jnji br tnggng jwb". Beberapa saat saya terus berusaha memahami maksud isi SMS yang seutuhnya. Kemudian saya lihat nomor pengirim SMS, dan saya cocokkan dengan nomor telepon masuk waktu saya istirahat siang tadi. Nomornya sama! Berarti orang yang sama; orang yang telah menelpon saya saat istirahat siang dan orang yang mengirim SMS ini.

Saya mereka-reka kejadian. Penelpon sekaligus pengirim SMS itu mungkin korban kecelakaan lalu-lintas. Dia pengendara motor dan terlibat kecelakaan dengan kendaraan lain yang dikemudikan oleh orang bernama Pak Dani. Kemudian Pak Dani berjanji akan mengganti biaya kerusakaan motornya. Oh my… saya segera telepon nomornya, tapi suara mesin penjawab otomatis operator yang terdengar: "Maaf telepon yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan area". Sampai 3 kali saya berusaha menelponnya dan selalu tidak tersambung. Saya ingin sampaikan lagi bahwa saya benar-benar bukan Pak Dani seperti yang dia maksudkan. Semoga segera terselesaikan masalahnya Bro! (Pulung Chahyono, http://www.pulung-online.blogspot.com/, mitra_ulung@yahoo.com)

Friday, February 12, 2010

Doa Keselamatan Anak Negeri

Setiap tahun warga kampung kami berkumpul bersama mengadakan doa keselamatan kepada Sang Murbeng Dumadi di acara Bersih Desa. Suatu tradisi slametan desa yang dimaksudkan untuk membersihkan unsur-unsur negatif dan energi merusak dari lingkungan desa. Kami berdoa bersama agar terhindar dari musim paceklik, wabah penyakit, gagal panen, bencana alam dan malapetaka lainnya. Tanpa memperhatikan agama dan keyakinan, semua orang laki-laki dewasa mewakili keluarganya hadir dan berkumpul untuk memanjatkan doa keselamatan. Biasanya acara doa Bersih Desa kami adakan di perempatan jalan desa, namun jika situasi kurang memungkinkan karena hujan atau hal lain tempatnya dipindahkan di balai kelurahan atau tempat lain yang disepakati bersama. Kami semua duduk bersila berjajar beralas tikar dan saling berhadapan memanjang.

Setiap orang yang datang membawa ambeng makanan nasi (dulu masih sering ada nasi jagung atau campuran beras-jagung), sayur dan lauknya. Sesuai kemampuan ekonomi setiap keluarga, makanan yang dibawa akan bervariasi, ada yang berlauk tempe, daging ayam dan daging sapi. Makanan dikumpulkan dulu, lalu dibagikan secara acak dan rela sebelum doa keselamatan dimulai oleh Modin Desa atau pemuka spiritual kampung. Selesai berdoa, kami menikmati acara makan bersama dan selebihnya makanan dibawa pulang untuk keluarga di rumah. Karena mayoritas kami adalah petani, biasanya ada ubo rampe berbagai hasil bumi, sebagai simbol agar kami selalu diberi rejeki dengan melimpahnya hasil tanaman dan buah-buahan.

Tentu saja setiap insan ingin selamat! Dimanapun mereka, di desa atau kota, di gunung atau pantai. Mereka selalu memiliki doa keselamatan baik sendiri maupun bersama yang mungkin dengan bahasa dan cara yang berbeda. Demikian pagi itu komunitas anak negeri berkumpul bersama memanjatkan doa di tengah lapangan sepakbola. Kami saling berdekatan membentuk lingkaran menghadap satu titik di tengah. Bersatu hati berdoa memohon keselamatan kepada Sang Maha Pencipta dipimpin oleh setiap pemuka agama. Dinaungi mendung yang sedikit mewarnai langit dan menyejukan pagi. Disaksikan pegunungan yang kokoh berdiri melingkungi dan lerengnya terhampar hijau daun pepohonan seakan diselimuti permadani.

Sebelum mengakhiri acara doa keselamatan bersama terdengar lagu "Heal the World". Tangan saling bergandengan satu dengan lainnya. Seakan simbol bahwa kami satu sebagai anak negeri dan akan terus berbuat bersama agar negeri pijakan kami selalu dalam keselamatan. Kami berharap kehidupan akan lebih baik bagi kami, keluarga dan anak-cucu. Menyanyi bersama seakan harapan segera terwujud: Heal the world. Make it a better place. For you and for me and the entire human race. Tanpa menuntut siapapun kecuali bagi "anda dan saya" memulai dari diri sendiri di lingkungan sendiri agar keselamatan hidup tercipta. Kita peduli dengan kehidupan ini.

Doa keselamatan kepada Sang Pencipta Alam sering berbeda dalam bentuk ritual, sarana dan simbolnya di berbagai lingkungan dan belahan dunia. Mereka berdoa menurut agama dan keyakinan sesuai ajaran, kondisi, tradisi, atau kesepakatan komunitasnya. Adalah universal setiap komunitas selalu mendambakan keselamatan dan memiliki ritual doa keselamatan. Seperti jalannya kehidupan, sesungguhnya berdoa itu berarti bersyukur, berharap, dan bersabar. Disamping bijak bersikap dan bertindak agar setiap insan, unsur alam dan sistem nilai kehidupan terus terjaga keselarasannya demi selalu tercipta keselamatan bagi semua makhluk dan lingkungan alam. (Pulung Chahyono, www.pulung-online.blogspot.com, mitra_ulung@yahoo.com)