Wednesday, October 29, 2008

Tak Biru Lagi Kampusku

Tanyakan saja kepada Ponco, Hisyam, Joko, Paulo atau yang lain "Apakah kami waktu jadi mahasiswa tawuran?" Dua puluh tahun lalu, kami mengisi hari-hari dengan belajar, berkumpul, makan bersama, atau membuat tugas kelompok. Kami ingin menunjukkan ke orang tua bahwa kami benar-benar belajar dengan biaya dari hasil jerih payah mereka. Lihatlah senyum kami yang menyejukkan penuh ketulusan dan persahabatan.

Jauh berbeda dengan senyum beringas mahasiswa kini. Mereka saling serang antar kampus bahkan antar fakultas di dalam pagar kampus. Saling melukai, membunuh, merusak, lempar batu, membakar ban di jalan sehingga menggangu masyarakat. Apakah mereka tidak tahu bahwa masyarakat tersebut yang membiayai teman-teman mereka atau bahkan mereka sendiri untuk belajar di kampus? Mahasiswa menjadi beringas karena dirasuki roh kepentingan tertentu dari luar kampus. Terlihat di acara televisi seorang mahasiswa sebagai organizer dan provokator tawuran mahasiswa mengakui bahwa ada pihak yang memberi dana puluhan juta untuk sebuah "event" tawuran. Jelas ada agenda kepentingan dari luar di sini, bukan kenakalan remaja!


Ikatan mahasiswa katakan himpunan mahasiswa Katolik, Kristen, Islam, Budha, Hindu, BEM, Forum Antar Kampus atau apa saja namanya, bisa dilihat jelas kemana ikatan itu berfusi ke suatu partai politik. Lagi-lagi roh kepentingan dari luar kampus telah merasuki mereka. Ada pihak ingin situasi ini terus berlangsung, karena mereka mencari dan meraup keuntungan dari ini. Mereka adalah yang merasuki, yang dirasuki, temannya yang merasuki, pembela yang kerasukan, media yang meliput kerasukan, dan banyak lagi. Sungguh, mereka menjadi hantu-hantu yang menyeramkan memburu keuntungan dengan memanfaatkan mahasiswa.

Ketika kampus kini tak lagi biru, para pejuang meradang meratapi penerusnya, rakyat kehilangan putera harapannya, rasa nasionalisme meleleh sirna, kepentingan kelompok mengkristal kuat menguasai kehidupan, serta suara lantang akademisi, elit dan pakar berkedok kepentingan pribadi menggema. Neraka apa lagi yang sedang terjadi di kampus kini! (Pulung)

Saturday, October 25, 2008

Merekalah Sahabat


Dengan adanya beberapa situs blogger teman-teman SMA, satu-persatu bayangan teman-teman, sahabat-sahabat hadir kembali mengisi ruang-ruang di dalam memori. Seakan ditemukan kembali missing link persahabatan yang dulu pernah terbangun. Suatu missing link terjadi ketika masing-masing sahabat lulus dari SMA dan melanjutkan perjalanan mengejar pendidikan dan kehidupan. Pengalaman persahabatan mengesankan di masa lalu kembali mencuat. Lihatlah foto Laskar Delima, SMAN1 Blitar 85 (dari kiri: Ganis, Heyik, Fery, Pulung), lokasi Pantai Tambak Rejo.

Para sahabat SMA banyak mempengaruhi warna perjalanan hidup di sepanjang masa SMA yang "harus" kita lalui. Mereka mewarnai dengan berbagai pengalaman suka-duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, dipedulikan-ditelantarkan. Namun tentunya semua pengalaman yang tidak mengenakkan tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kedengkian atau kebencian, tapi lebih karena timbulnya gelegak emosi sesaat di masa yang belum matang.

Gelegak emosi itu kini telah reda seiring usia berjalan menuju setengah abad. Pengalaman itu kini mesti bermetamorfosis menjadi semangat saling menghargai dan keinginan menghadirkan persahabatan yang matang baik dalam berkomunikasi maupun berinteraksi. Merekalah sahabat, dunia ini akan lebih mengesankan dengan persahabatan.

Persahabatan adalah suatu hubungan yang terjalin antar dua individu atau lebih yang saling memberikan manfaat dan dukungan. Memang prinsipnya persahabatan tidak terbatas kelompok, ras atau negara. Persahabatan bersifat universal. Jadi bisa saja seseorang dibelahan bumi selatan dan barat bersahabat dengan seseorang di belahan bumi utara dan timur. Apalagi di jaman sekarang, dimana persahabatan lebih memungkin lebih terjalin dengan adanya teknologi dunia internet.

Lebih dari sekedar teman, sahabat biasanya ditandai dengan hubungan yang saling menguntungkan dalam hal pengetahuan, harga diri, sosial dan kasih sayang. Kita mungkin punya teman yang setiap ketemu saling bertegur-sapa saja, tetapi sahabat lebih dari itu. Sahabat juga ditandai dengan sikap saling membantu dan memberikan rasa yang menyenangkan. Sahabat adalah seseorang yang selalu menunjukkan perilaku yang saling memberi dan menerima dalam arti positif yang luas. Sahabat bisa ada dimana saja! (Pulung)

Ranjang Bunga Mawar

Kue tart ulang tahun Rayhan Syailendra Jilani, diletakkan di atas meja kecil. Lilin dinyalakan, doa terbaik terucap dan kemudian lilin ditiup. Suara nyanyian "selamat ulang tahun" dinyanyikan bersama-sama oleh Javan Hammurabi Rumi kakaknya, Hayatun Nufus ibunya dan saya sendiri. Kue dipotong oleh ibunya dan kemudian Ray bagikan ke kami. Kakaknya Jav, sahabat terbaiknya, yang diberi kue pertama kali. Memang hanya kami berempat yang merayakannya.

Semoga ini adalah ulang tahun yang akan menjadi kenangan masa kecil Ray di tengah hutan belantara Papua bersama keluarga tercinta. Juga kakaknya. Inilah wujud rasa cinta kami kepadanya yang kami berusaha berikan di hutan belantara ini. Seperti orang lain, kami ingin anak-anak kami bahagia menikmati masa kecilnya walau kami di tengah hutan.

Sambil menikmati kue tart ulang tahun dan bersendau-gurau bersama, sayup-sayup terdengar lagu "Bed of Roses" Bon Jovi:
I wanna lay you down in a bed of roses

For tonite I sleep on a bed of nails
I wanna be just as close as the Holy Ghost is

And lay you down on a bed of roses….


Makna ulang tahun bagi kami adalah bentuk syukur dan doa! Kami bersyukur kepada Gusti Allah yang telah memberikan umur panjang, sehat dan bahagia. Selanjutnya teriring doa semoga anak-anak kami kelak menjadi anak-anak yang berguna bagi orang lain. Doa ini mungkin cukup sederhana dan tidak muluk-muluk tetapi memiliki cakupan dan makna yang luar biasa luas. Juga, arti yang sangat mulia untuk “hidup yang berguna bagi orang lain”. Ini tentang keberhasilan hidup dunia dan akherat.

Dalam sebuah hadis, Rasullullah SAW menyatakan bahwa “Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain”. Inilah yang pernah dicontohkan oleh Kanjeng Nabi sebagai manusia harus memberikan manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi orang lain. Dan siapapun orangnya bisa melakukan melakukan ini. Namun hanya orang-orang yang penuh kasih kepada sesamanya yang mampu dan mau melakukan ini. (Pulung)

Cendrawasih Cafe

Di atas ketingggian + 2.000 m diatas permukaan air laut (dpal) bisa dipastikan Cendrawasih Café jadi "real café" tertinggi di Indonesia. Café ini terletak di atas jajaran pegunungan Jaya Wijaya, dengan puncak tertingginya Puncak Jaya (Cartenz) ­+ 4.750 m DPL. Gunung-gunung tinggi di Indonesia Semeru + 3.677 m dpal, Merapi + 2.965 m dpal dan kalaupun ada café disana tentunya tidak sampai berada di bagian sepertiga atas puncaknya. Cendrawasih Café dikelola oleh salah satu perusahaan catering skala internasional milik seorang taycon Indonesia.

Café ini ada di pusat area perbelanjaan, termasuk di dalamnya bisnis Hero Supermarket, Rudy Hadisuwarno, Bank Niaga, dan Bank Mandiri. Cendrawasih Café terletak di desa Tembagapura, kecamatan Mimika Timur dan kabupaten Mimika, Papua dengan penduduk sekitar 15.000 orang. Berbagai menu Sandwich, Steak, Sate Padang, Soto sampai dengan Lontong Sayur ada di sini. Ice cream dengan berbagai rasa vanila, coklat, strawbery dan lainnya juga tersedia. Bagi yang suka makan snack, silahkan pesan tahu isi, resoles dan ote-ote atau rerotian seperti black forest, roti sus dan lainya ada di sini.

Di foto atas itu Javan Hammurabi Rumi anak pertama saya. Saya berpesan ke dia "Le, kita ndak bisa seringkali datang ke Café ini ketimbang kita nanti pulang kampung hanya berpakaian celana kolor". Harga makanannya cukup mahal untuk ukuran pekerja nasional seperti saya, misal 1 porsi Soto harganya 25.000 rupiah. Bagi saya ini mahal karena saya membandingkan dengan harga soto di depot Melati dekat RS Bersalin Aminah Blitar.

Setiap malam minggu live music karaoke di Café ini digelar. Semua bisa datang menyanyi gembira tua, muda, anak tinggal pilih lagu barat, dangdut, pop, jazz, keroncong atau apa saja. Hard disk mesin karaokenya menyimpan 30 ribuan lagu nasional atau manca negara. Cendrawasih Café cukup bagus bagi penghuni desa ini untuk menikmati makan siang, malam, atau sekedar minum teh saat weekend dan hari libur. Atau di hari-hari kerja bagi mereka yang ingin menjamu rekan bisnis, tamu atau rekan kerjanya. Manusia dari sekitar 40 negara yang pernah berkunjung dan menghuni desa ini sebagian besar pernah datang ke Café ini.


Para selebritis ibu kota seperti Bella Safira, Dian Pisesa, AB Three, Kris Dayanti, alm. Gito Rollies, Tantowi Yahya, Kak Seto, Rafael dan banyak lainnya, dimana setiap tahun selalu ada selebritis didatangkan ke sini, tentunya pernah mampir ke Café ini saat mereka di desa ini. Teman SMA saya Kandung, Bambang, Susyawan atau mungkin yang lain pasti pernah ke Café ini. (Pulung)

Monday, October 13, 2008

Konsep Pulung

Paling ora ono telu konsep pemahaman "pulung". Sing sepisan, pulung iku nyata ana lan mujudake perlambang tumibane wahyu kanugrahan, kemujuran lan keslametan saka Gusti Kang Maha Kuwasa. Wahyu kanugrahan, kemujuran lan keslametan iku dudu perkarane manungsa wantah. Ana campur tangan saka tangan kang ora katon (invisible hands), tangane Gusti Kang Maha Kuwasa.

Sing kaping pindho, pulung minangka pangreh praja kaya dene pulung kaprajan, wahyu keprabon utawa Wahyu Cakraningrat. Pulung iku kaya cahyane lintang (Halley comet). Wong sing ketiban pulung dadi lurah, bupati, walikota, gubernur, pejabat negara lan uga presiden iku wong-wong sing nampa wahyu utawa pulung kaprajan. Mula banjur ana sesebutan "ketiban pulung". Istilah sing dienggo pancen "ketiban" dudu kesandhung, nemu, utawa entuk. Ketiban iku saka tembung "tiba". Tumiba mesthi asale saka ndhuwur. Pulung kaprajan asal usule saka garise pesthi lan peparinge Gusti Kang Maha Suci. Pemahaman iki nganggep yen pulung iku ana wujud fisik cumlorote lintang.

Sing angka telu, pulung iku mung mitos (myth) kayadene Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul lan sapanunggalane. Mitos bisa dicipta lan disebarake kanggo tujuan sosial utawa politis. Mitos iki umpamane, mungkin wae diciptakake kanggo mbentengi panguwasa raja-raja Mataram. Wong-wong sing arep ngrebut panguasane bakal mikir-mikir amarga sing diadhepi iku duwe dhekeng panguwasa ghoib ing segara kidul. Wallahualam bissawab.

Words Never Neutral

Kata-kata (words) disini berarti bahasa, baik yang berupa ujaran maupun tulisan yang digunakan untuk mengekspresikan emosi dan pikiran seseorang. Kata-kata berfungsi sebagai pembawa arti atau makna. Disamping gambar, kata-kata selalu digunakan dalam pesan-pesan politik, ekonomi, sosial, agama, budaya dan sebagainya. Dengan kata-katalah pesan dapat disampaikan oleh si pemberi pesan (speaker dan writter) kepada si penerima pesan (listener dan reader). Bahkan kata-kata yang mengekspresikan emosi dan pikiran si pemberi pesan bisa diterima dan dipahami lain oleh si penerima pesan, tentunya karena pengaruh-pengaruh yang bersifat internal maupun eksternal. Pengaruh internal adalah pengalaman, emosi serta pikiran si penerima pesan itu sendiri.

"Our words are never neutral," kata Fiske (Media Matters: Everyday Culture and Political Change, 1994). Pernyataan itu terkesan menebar prasangka, tetapi begitulah adanya. Kata-kata tidak pernah netral. Lihatlah kata-kata yang disampaikan melalui media audio maupun visual. Ketika seseorang akan menjual produknya mereka selalu menyampaikan bahwa produk itu untuk kebaikan konsumennya. Ketika seseorang berkampanye untuk memperoleh dukungan agar dia berhasil menduduki posisi politik tertentu, mereka tentu akan menyampaikan dukungan itu untuk kepentingan mereka. Kata-kata itu tidak pernah netral karena dia akan dirancang untuk memihak orang yang mengeluarkan kata-kata.

Pernyataan Fiske hanya salah satu ungkapan tentang ketidaknetralan bahasa. Volosinov (1975) dan Bakhtin (1986) menyebut semua penggunaan bahasa bersifat ideologis, bahkan dilugaskan Kress & Hodge (1979) dalam buku Language as Ideology. Ideologi tidak sebatas will to power (Foucault, 1979), tetapi dalam pengertian umum, worldview, term of reference, juga interpretation frameworks. Memang benar bahwa penerima pernyataan harus cermat dalam memahami latar-belakang di balik bahasa itu sendiri. Bahkan si penerima kata-kata kadang terjebak dalam ketidakmampuannya untuk melakukan interpretasi netral kata-arti kata-kata yang diterimanya. Dia terkooptasi oleh kekuatan pengaruh ideologi si pemberi pesan.

Pendek kata, selalu ada kepentingan di balik kata-kata dan bahasa. Bagi ”linguis- sosialis” seperti Volosinov dan Bakhtin, kata-kata merupakan ranah perjuangan ideologis. Membongkar ideologi—termasuk kepentingan—yang tersembunyi dalam kata-kata (teks) merupakan fokus critical discourse analysis (CDA) sebagai pendekatan kontemporer analisis wacana lintas-ilmu. Bahkan saat ini terlihat ada gap yang signifikan antara kecanggihan teknologi informasi sebagai perantara kata-kata dengan penerima kata-kata. Sehingga dengan mudah pemberi kata-kata menyampaikan kata-kata melalui kecanggihan sarana teknologi informasi kepada penerima kata-kata yang memiliki latar belakang kurang memiliki kemampuan analisa kepentingan dalam kata-kata yang diterimanya.


Namun demikian kita bisa memberikan neutral point of view terhadap kata-kata. The neutral point of view is a point of view, not the absence or elimination of viewpoints. It is a point of view that is neutral - that is neither sympathetic nor in opposition to its subject. Benar bahwa agar tidak terjebak dalam kata-kata yang diterima, si penerima kata-kata harus mampu menjaga kenetralan sudut pandang, pikiran dan emosinya saat menerima kata-kata baik melalui media audio-visual dan saat membaca kata-kata dalam media tulisan. Dari kenetralan sudut pandang inilah, kata-kata akan cenderung bisa dipahami arti kata-kata yang sebenarnya, sehingga penerima kata-kata bisa menentulan tindakan dalam menanggapinya. (Pulung)